Friday, April 10, 2009

kita di sini untuk belajar bukan???

Ketika lay outnya terlalu sederhana, ajarilah aku teman…

Ketika sastra ini kurang bermakna, bolehlah kalian meminjami aku buku-buku sebagai referensi untuk menulis.

Ketika blog ini adalah blog paling buruk di dunia, terima kasih atas sanjungannyaJ karena sesuatu yang buruk, jelek dan jahat adalah penyeimbang dunia hehehe…

Ketika tulisannya terlalu mengerikan kerna berisi tentang kematian, hmmmm…aku tak akan mengubahnya! Toh ending hidup kita adalah kembali kepadaNya.

Di dalam buku chicken soup four the woman soul halaman 38, saat si Charles slack merasa sebagai orang paling bodoh di dunia karena salah dalam menjawab pertanyaan matematika, seisi kelas menertawakannya.

Si guru menghentikan mereka dengan pandangan mata tegas kemudian dia berkata, “Kita semua ada di sini untuk belajar bukan????”


Aku Dengan Segala Keakuanku

Bukan binatang jalang yang terbuang ataupun makhluk sang pemuja cinta, yang ketika ruang rindu mulai terhampar ku mulai merengek tuk bertemu dengannya……..

Bukan ,,,,,,,,,itu bukan aku!!!

Aku dengan segala keakuanku adalah…

Seutuhnya makhluk Sang kholiq,,,makhluk kecil yang penuh khilaf dan tak ada keagungan sekecil abupun dalam jiwa ataupun ragaku

Dan makhluk yang ketika letih akan episode-episode kehidupan ini, pembaringan panjang akan menjadi singgasana terakhir bagiku, ..

Dalam sajak perenungan panjangku, ku lantunkan seuntai kata “Tak perlu menangisi hidup, belajar saja menari dengan gerakan gemulaimu pada irama-irama yang telah tercipta!!!hirup saja kepedihan itu karena satu saat kau akan menghembuskannya.


Thursday, April 9, 2009

Dalam Temaram Langit di Selat Bali


Terbujur kaku di sebuah ruangan pojok UGD dan aku terpaku di sini….untuk terakhir kali kulihat wajah indahnya yang telah menemaniku selama lebih dari 10 tahun. Aku mencium dagu, pipi dan dahinya, masih tercium aroma wangi parfumnya. Saat terakhir bersamanya, di sebuah pekuburan indah di pulau dewata tempat kelahiranku…. …selamat jalan suamiku, selamat jalan jantung hatik. The saddest words is ‘goodbye’ .
Dalam temaram langit selat Bali
Pura bali itu saksi dimana aku menemui jantung hatiku………
Di balik pura itu jantungku terpikat oleh untaian keindahan cinta yang agung
Wajahnya bersinar bagai malaikat ketika satu waktu kutemui dirinya…….
Adakah dia….
Adalah dia…..
Hembusan angin di selat bali saat senja itu, mampu buatku tersadar akan kasih Sang Kholik yang tanpa batas…
Aku sadar Dia telah menemukan aku di satu senja itu…
Aku dan sandaran hatiku….
Aku dan belahan jiwaku…….
Di satu sore di balik temaramnya selat Bali, aku menemukannya dalam sebuah jalinan kasih
Bersamanya ku kan arungi bahtera keluarga
Bersamanya ku kan menuju ke surgamu
Tuhan terima kasih atas anugerahmu.




Bali, 9 januari 1998


Diatas adalah 1 sajak sederhana yang kubuat 9 tahun lalu.
Suamiku seorang pilot di sebuah perusahaan penerbangan swasta. Kami bertemu saat perjalanan ke bali, 9 tahun yang lalu. Terlalu dalam untuk diceritakan, karena kenangan itu hanya akan mengusik luka yang bekasnya masih ada…….jauh di lubuk hatiku. Sesegera mungkin kami mencoba tuk menjalin kasih lewat bahtera keluarga . saat itu umurku masih sekitar 21 tahun. Seorang wanita yang belum cukup matang, tapi nyatanya aku mampu menemaninya hingga saat –saat terakhir, melayaninya, memasak sup kesukaannya dan mengasuh anak-anak kami dengan cinta.
minggu, 20 januari 2007……..rembulan malam tampak temaram, entah kenapa hari itu perasaanku lain.huff…insomnia selama beberapa hari. Aku mengalami ketakutan yang tidak biasa. mungkin inilah yang dinamakan dengan ikatan batin. Sesaat kupandangi 4 buah hatiku yang berada di kamar sebelah. Sesaat kemudian aku kembali ke kamar lalu kucium dahi suamiku.. sungguhpun, Tuhan telah memberikanku cinta yang berlimpah…5 buah cinta bersandar padaku, kami berjalan bersama dalam satu keharmonisan, kadang kami berbeda namun bukankah nada yang selalu ‘do’ tidak akan indah untuk didengar…hari-hariku bersama mereka adalah diary berjalanku, masa depanku. Kerna aku yakin ini adlah pencapaian terakhirku.
Kini…..1 buah cintaku telah pergi, kerna sebuah kecelakaan pesawat di kepulauan Borneo selasa malam lalu.
Aku putus asa, bagaimana mungkin menghadapi semua ini sendirian….
Hingga pada satu ketika, aku melewati sebuah tempat penjualan buku bekas. Entah mengapa aku tetarik masuk ke dalam, lalu aku menemukan sebuah tulisan di sebuah majalah yang akan mengubah hidupku selamanya ‘ the winner always finds blessing way even in bad situation’.
Sepulang dari sana aku sadar Tuhan telah menitipkan 4 cinta untukku dan aku tak boleh lengah untuk menjaganya. aku dan keempat anakku. Meskipun aku hanya seorang ibu rumah tangga tak berpenghasilan, namun aku yakin masih bisa…bisa menulis, bekerja di sebuah perusahaan swasta, katering atau apalah…ada 1001 jalan bagiku untuk menghidupi keluargaku. aku dan 4 buah hatiku akan memulai sebuah perjuangan kehidupan. Dan aku yakin, aku tak sendiri di sini. Karena semua orang ingin menjadi seorang pemenang dan bukanlah pecundang, seperti apa yang tersurat di satu buku bekas itu.

Laut biru-Langit biru


Ini adalah blog kedua, setelah blog yang pertama ‘milasinspiration’ lupa password he..he..he:p
Nama Laut biru-langit biru ini terinspirasi oleh sebuah buku kumpulan puisi yang ada di perpustakaan masa sma dulu, masa biru putih, masa pencarian jati diri serta masa dimana ‘pertama kali seseorang menyatakan cinta’ ahaha :D…
Kumpulan puisi itu begitu mengharu biru, saat otak ini berada di titik kulminasi aku kembali membaca buku-buku sastra itu, kepala kembali dingin dan intuisi kembali peka. Untuk yang pertama kalinya aku benar-benar jatuh hati pada gubahan-gubahan sastra karangan penyair-penyair besar.
Beginilah adanya,, sampai nama ini muncul dalam blog ku yang baru.

Blog ini akan berisi karangan-karangan fiksi yang mungkin sudah termaktub dalam benakku untuk waktu yang begitu lama, tidak sempat dipublikasikan kerna sebuah penerbit menolak, kerna tak ada waktu untuk mengedit…kerna…kerna… (arghhhh, aq ini terlalu banyak alasan he..he…)…mimiiiiil ‘u can if u think u canJ

Inilah hasil imajinasiku untuk yang kesekian kalinya, saat senja menjelang, saat matahari mulai luluh dengan bintang dan saat adzan berkumandang.


Bunga Krisan Putih


2 januari 1980



2 januari 1980 aku bertemu dengannya, di sebuah stasiun tua kota Hanoi. saat itu umurku tepat 19 tahun. 3 bulan kami saling bertukar surat dari jarak beribu-ribu mil. Ini memang sulit dipercaya, bahwa kita sebenarnya tak saling mengenal. Dia adalah sahabat kakak sulungku di medan perang Jepang-Vietnam. Kami dikenalkan olehnya.


Pagi ini begitu cerah, udara di Hanoi begitu hangat. Sang fajar bertasbih sejak subuh tadi, menyambut kedatangan laskar tentara Hanoi….aku merindukan kakakku dan dia. Dia berjanji padaku akan membawakan setangkai bunga krisan putih. 5 menit lagi kereta tua itu akan datang. Semua orang menyambut dengan mengharu biru…
akhirnya kereta itu datang. Tak sia-sia penantianku dari subuh tadi.
15 menit berlalu, lascar tentara keluar 1 per satu mulai dari gerbong pertama hingga terakhir…bahagianya hari ini, kerna seorang ibu tua renta bertemu anak laki-laki satu-satunya, seorang ibu hamil tua menemui suaminya, sang kekasih menemui pujangga hatinya setelah bertahun-tahun lamanya…dan aku….30 menit berlalu dan tak kunjung kutemukan yang kucari…aku menyusuri dari gerbong ke gerbong, berharap menemui pria bermata sipit dengan perawakan tegap, hidungnya mancung, dialah kakakku. Kakak yang akan selalu menggandengku ketika kita berangkat ke sekolah, berkelahi dengan orang yang menggangguku dan mengerjakan PR ku ketika aku lelah setelah berjualan di pasar.
Sekarang tak kutemui seberkas wajah itu….aku putus asa, kucoba telusuri lagi gerbong-gerbong itu, berharap kutemukan dia karena sedang tertidur. 1 jam berlalu, kerumunan orang di stasiun tua ini, perlahan menyusut. Aku bertanya pada setiap orang dengan menyodorkan foto kakakku berharap salah satu dari tentara itu ada yang mengetahui keberadaanya. Entah mengapa kepala ini rasanya berat, langkahku gontai…ketika aku tak menemukan tanda keberadaannya. Mungkin kakakku dan sahabatnya gugur di medan perang itu.


Hufffffffff,,,getir rasanya…aku terduduk lemas di bangku tua itu, peluh mataku menetes .
Seseorang merangkulku dari belakang, melingkarkan jemarinya di leherku…reflex, aku tersontak kaget lalu tangan ini hendak menamparnya namun…..aku jatuh pingsan.


Beberapa menit kemudian aku tersadar, kerna kucium harum bunga krisan itu…kakakku..yah dia datang…aku memeluknya erat, menciumi wajahnya yang halus…dia datang dengan bunga krisan dan sahabatnya. Hari ini adalah momen penting dalam hidupku yang akan kusimpan jauh dalam tiap hela jiwaku.


Aku bertemu dengan dia. Singkat cerita, aku menikah dengannya beberapa bulan setelah bertemu dengannya. Aku mencintainya seperti wanita lain yang mencintai pasangannya, aku tertarik dengannya karena hal-hal sederhana seperti wanita lain yang jantungnya berdegup kencang ketika bertemu dengan kekasihnya…


Kami tidak seperti pasangan muda lainnya, yang bisa berbulan madu setelah menikah, melihat sang suami setiap pagi. Beberapa minggu setelah kami menikah, dia meninggalkanku karena Negara membutuhkannya di medan perang. Bagaimanapun juga, ini adalah resikoku menjadi seorang istri tentara. Pagi itu, aku kembali mengantarkan kakakku dan suamiku ke stasiun tua itu. Aku menyayangi mereka dan aku merindukan mereka untuk kembali lagi 1 tahun berikutnya.


Tiap bulan aku menerima surat berwarna biru dari suamiku, terkadang dia mengirimkan setangkai bunga krisan berwarna putih…tak luput di penghujung penanya dia selalu menuliskan 1 bait puisi ‘aku mencintaimu seperti ………………………………………..’ salam untuk jagoanku. Saat ini aku sedang mengandung anak pertama kami. Berat rasanya menjalani semua ini sendirian…seorang ibu sekaligus seorang istri yang kesepian.


Hari ini adalah masa kehamilanku di usia yang ketujuh. Kembali aku datang ke stasiun tua itu. Suamiku datang hari ini dan tidak akan kembali lagi ke medan perang, kerna perang Vietnam-jepang telah berakhir.. tentara di Negara kami menang. Aku bangga dengan suami dan kakakku, mereka adalah pahlawan sejati untukku.
5 menit lagi kereta tua itu akan datang. Semua orang menyambut dengan mengharu biru…
akhirnya kereta itu datang. Tak sia-sia penantianku dari subuh tadi.
15 menit berlalu, laskar tentara keluar 1 per satu mulai dari gerbong pertama hingga terakhir…bahagianya hari ini, kerna seorang ibu tua renta bertemu anak laki-laki satu-satunya, seorang ibu hamil tua menemui suaminya, sang kekasih menemui pujangga hatinya setelah bertahun-tahun lamanya…dan aku….30 menit berlalu dan tak kunjung kutemukan yang kucari…aku menyusuri dari gerbong ke gerbong, berharap menemui pria bermata sipit, badannya tinggi, kulitnya bersih, namun hidungnya tak semancung kakakku..dialah suamiku, seseorang yang selalu kusebut dalam tiap doaku.
Sekarang tak kutemui seberkas wajah itu….aku putus asa, kucoba telusuri lagi gerbong-gerbong itu, berharap kutemukan dia karena sedang tertidur. 1 jam berlalu, kerumunan orang di stasiun tua ini, perlahan menyusut. Aku bertanya pada setiap orang dengan menyodorkan foto kakakku dan suamiku berharap salah satu dari tentara itu ada yang mengetahui keberadaan mereka. Entah mengapa kepala ini rasanya berat, langkahku gontai…ketika aku tak menemukan tanda keberadaannya. (mengapa kejadian ini persis seperti 2 tahun yang lalu) apakah aku terserang scicovrenia ataukah de javo………pikiranku kacau, perutku yang besar ini membuat jalanku tak segesit dulu. Aku merasa sering sesak dibuatnya..hufff
Hufffffffff,,,getir rasanya…aku terduduk lemas di bangku tua itu, peluhku mataku menetes .


Seseorang menyapaku dari belakang…sesosok lelaki paruh baya, dengan raut wajah kusam. Dia memberiku setangkai bunga krisan putih…………..BUKAN!!!!!!!!!!!! DIA BUKAN SUAMIKU!!! Sambil berkata ‘ Frans dan kakakmu gugur di medan perang, jiwanya tak tertolong ketika pasukan jepang memporak-porandakan medan kami,ini titipan terakhir dari suamimu’


Berat rasanya, namun aku harus kembali tegar..demi jagoanku dan bunga krisan putih wasiat terakhir jiwa suamiku …
Dalam hatiku berkata ‘…inilah saatnya bagiku untuk berperang dan berjuang dengan hidupku sendiri’
Entah dari mana kekuatan itu,,,aku merasa suamiku akan selalu menggandengku ketika aku memegang bunga krisan putih itu….


Kerna kita kan bermimpi bersama disini


Meniti lembayung masa dengan semangat yang tak tergolakkan
Berkahi aku ya Robbi…………
Menuntun hidupku, menuntun intuisiku dalam sebuah jalan yang kan terjal
Kerna aku tak kan pernah menyerah dengan takdirmu

Selalu yakin
kan ada pelangi setelah hujan dan badai
kan ada hidup setelah mati
Dan
Kan ada sebuah hasil setelah perjuangan…

Duhai dunia…mengapa yang gratis hanyalah mimpi, mengapa yang gratis hanyalah angan
Perjuangan itulah kata ‘dunia’ pengorbanan itulah kata ‘ayahku’ dan cinta adalah ungakapan ‘ibuku’
3 kata itu buatku bangkit dalam ketiadaan.



Titik balik kehidupan 1 (with happy ending :) )



Titik balik kehidupanku dimulai pada sebuah musim semi, pertengahan tahun 2008…
Saat dunia menjadi sempit, saat nyawa tak lagi berarti, waktuku kan segera terhenti dan ….
Ban bocor saat maghrip menjelang, ku terdampar di sebuah musola kecil…mushola yang hampir rapuh kerna kerasnya zaman. Ayat-ayat Tuhan berkumandang, suaranya lantang menggetarkan jiwa-jiwa yang telah lama kelam. Bertemulah aku dengan malaikat kecil, cahaya azah-ra mulai tampak dari wajahnya yang lembut dan bersinar….
Aku belajar memahami hakekat penciptaan manusia darinya.
Titik balik kehidupanku dimulai, saat seseorang memvonisku sebagai penderita kanker…
Saat itulah aku tersadar buku fikih sunah wanita yang tergeletak di serambi kamarku lebih berarti dari buku ‘chick’ yang sering aku pamerkan…
Tuhan tidak hanya menamparku, namun membuatku mati suri sesaat…….
Aku tak mampu melanjutkan lagi cerita ini…kerna yang aku tau, hidup hanyalah mampir minum teh
Kerna yang aku tau, daun kering yang terjatuh sudah tertulis di lauhul mahfudz…
Pun umur, kematian, jodoh serta rezeki.
2 be continued….
Thanks to ukhti marga J


Kerna guratan penaNya terlalu indah


Akankah malam menjawab semua Tanya dalam bait-bait tiap sastra peneduh makna…
Kelamnya adalah bintang
Keterpakuannya adalah jalan..
Dan ketiadaanya hanyalah lambang pembangkit jiwa..
Meski sastra ini tidak berbunyi kerna suaranya terlalu lantun, namun dengan bahasa aku dapat bercerita…
Pelan…penatku memenuhi hasratku dan aku tak mampu menyibak semua makna dengan dayaku…
Terlalu kaku, terlalu mengaku keakuanku…
Akankah….
Jalan ini berbeda dari guratan penaNya…
Mampukah…
Aku terbang ke negeri impianku, menatap mimpi, meraih mimpi bersama tulang-tulang rusukku
Yakinkah…
Kerna aku yakin kan ada hari esok dengan sinar benderang dan bukan temaram….
Kerna guratan penaNya terlalu indah tuk dipahami.