Thursday, June 9, 2011

"Tak Kan Pernah Ada Koma Untukmu"


Berdiskusi dengan hati..

Tak ada yang istimewa di sore ini, selain kamu.
Saya mungkin tidak terlalu paham dengan cinta dan baru saja mengenalnya.

Yang saya tahu, ini sesuatu yang dewasa, sesuatu yang tidak berada di area abu-abu. Sesuatu yang beda, yang tak bisa terpecahkan dengan nalar.

Yang saya tahu, kedua malaikat di rumahku menyukaimu beserta dayang-dayangnya. Sangat menyukaimu. Hingga ketika ingin menghilang dan mundur mereka kan siap menerkamku kapan saja seraya berteriak, Pertahankan dia!!!!
Berpuluh kesatria siap memburu, namun kamulah yang terpilih bagi mereka.
Mengapa mesti kamu?? Mengapa bukan orang yang bertahun sudah saya kenal?
Kembali berdiskusi dalam hati….

Hingga saya sadar, kamu bukanlah yang sempurna untukku. kamu itu satu paket. Tidak sekedar yang saya inginkan, namun juga yang benar-benar saya butuhkan. Titik. Dan berharap tak kan pernah ada koma.

Friday, June 3, 2011

Berdamai dengan Diri Sendiri

‘Menulis’… ini adalah sebuah win win solution yang damai untuk sebuah komunikasi ^_^ kerna bertutur kata dengan baik bukanlah keahlianku.

Hmm… barang kali klo uda banyak, bisa dijilid seperti tulisan-tulisanku yang lain.

Beberapa hari yang lalu saya mendapati sebuah blog mengesankan, “cinta dalam sepotong roti seret” kurang lebih isinya seperti ini :
Setiap kali ada pertanyaan bahwa “ apakah kamu yakin dia adalah pasangan yang tepat?”

Tidak pernah mereka menjawab tanpa adanya koma, dengan titik di awal kalimat atau gumaman “ummmm….”

Kata si wanita : Buat saya dia itu selalu kurang factor X
Kata si pria : buat saya dia itu manusia yang terlalu banyak factor x
Cinta mereka mungkin cinta dalam sepotong roti seret di warung kantin sebelah. Untuk orang yang susah bangun pagi seperti mereka, seseret apapun roti itulah yang menyelamatkan perut mereka di pagi hari. Dia memang tidak sempurna, tapi penting.

Barangkali apa yang dikatakan mereka, sama seperti diriku.Seorang sahabat berkata, Bukankah kamu seorang yang workaholic, ga mau diem, pagi kuliah siang kerja sore berorganisasi, pengen kerja di sini, membangun karir di sana bla…bla..bla… mengapa memilihnya?

“saya tidak tau, saya hanya merasa dia penting”

Di rumah,, berprofesi menjadi ibu rumah tangga, terkungkum dalam kotak 8x16, melakukan rutinitas yang sama dan membosankan setiap pagi, menunggunya pulang ke rumah sambil (ngepel, nyapu, nyetrika,dll) tidak bertemu siapapun kecuali dia ketika larut malam, dengan setiap hari harus mengerti kondisinya yang sibuk bekerja, bertemu kolega dll…dan harus bersikap ramah ketika dia datang..klo ga, dosa! kewajibanmu kan melayaninya. Titik. Harus patuh. Titik. *ahh…. barangkali terlalu berlebihan pikiran2 melankolisku di pagi ini!!!!


Do u think this is the best choice for your short life? (sebuah pertanyaan yang menohok he :p)

Saya terdiam membisu,, sambil berlalu…. *tak kusadari tetesan air menetes di pipi

Kadang tersirat perasaan perasaan itu kembali, namun cepat2 aku menguburnya.
Ini sudah setengah jalan,dia sudah penting dalam diriku.. bak tocsic yang ketika aku tidak meminumnya kucing tetangga sebelah rumah akan mati hehe :p (ga nyambung bow)

Ketika satu pagi terbangun dan mendapati sederet mapping life di hadapanku.. cepat2 kulipat agar dia tak terlihat.

Apakah ini yang terbaik untukku, apakah penting itu sama dengan ingin dan butuh. Titik.

Saya tak membutuhkan jawaban, kerna saya takut pikiran2 kalap akan membuatnya berbalik arah.

Lalu entah mengapa sampai detik ini impian tuk membangun karir di perusahaan minyak sekalibur internasional itu tetap ada. Di sini. In the deepest of my soul.


*Disadari ataupun tidak wanita butuh berkarya untuk dirinya, ini barangkali sudah menjadi sebuah kebutuhan psikologis bagi mereka. Meng-up grade diri. Berbenah diri. Kami tidak hidup di zaman nabi. Kami butuh wawasan guna mendidik anak anak kami di jaman multidimensi… di peradaban yang tak cukup hanya dengan satu ilmu kami bisa menjadi seorang istri sekaligus ibu yang super power.


4 Juni 2011