Monday, May 23, 2011

To My Edelweis


From : The deepest heart
To : My Edelweiss
Subject : Finally, hufttt… I found u




Mendaki puncak semeru, membekaskan selaksa perjuangan yang tak terperi. Memetik sekuntum edelweiss disana sebagai tanda. Tanda bahwa sang edelweiss itu benar-benar ada, hadir dan bukanlah halusinasiku belaka.

Barangkali perjuangan tuk mendapatkanmu adalah perjuangan termasygul dalam hidupku, kerna tlah kugadaikan mimpi dan cita itu dengan takdir tuhan yang dinamakan dengan jodoh. Yaah,, jodoh. Sederet mapping life itu tlah kubungkus rapi dalam kotak tak bernyawa, agar ia tak kembali menghantuiku. Impian yang tlah kubangun berpuluh tahun biarlah menjadi gerbong usang yang tlah menghubungkan masa lalu dengan masa depanku. Yang kuikhlaskan sirna ditelan masa. Tuhan mendesain segala cara buatku tuk menemukanmu. Alam mengamini pertemuan ini. Dalam cara yang begitu agung. Hingga gemericik tetesan Kristal dari langit yang mengikuti kehadiranmu, aku merasakannya.

Sukamu adalah sukaku dan manakala pekat menghadiri langkahmu maka itu adalah segala tangis pekatku. Agar engkau mengerti lalu kita memahami jika kebersamaan ini ada dalam dua dunia dan memberikan napak tilas baru tuk menyusuri segala tantangan dalam samudra kehidupan.
Berikan nasihat padaku dengan cara yang ahsan, kerna sesungguhnya perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, dan yang paling bengkok pada tulang rusuk adalah yang paling atasnya. Jika kamu meluruskannya patahlah tulang itu, dan apabila engkau mendiamkannya, tulang itu tetap bengkok.
Padamu kutitip cinta, cinta yang menyadarkanku bahwa inilah hidup. Inilah hidup dan inilah jalan terbaik yang memang harus kujalani.

Mudah-mudahan titian suci ini dapat mengantarkan kita tuk meraih janahNya ^_^

P.S. I love my edelweiss ^_^

Krisan VS Edelweis

#Side 1

Ini adalah tahun ke dua setelah aku bertemu dengannya…
Perasaan itu masih tetap sama, pun senyum tulusnya. Namanya berada di sini, di sebuah tempat yang sangat jauh. Di dalam hatiku.
Bagaimanakah aku dapat mengkiaskan semua ini ketika waktu dan takdir belum berpihak padaku

Aku tak lelah tuk mengatakan bahwa aku ingin menjadi ibu dari anak-anaknya dan merengkuh kasihnya dalam dua dunia, bersama-sama menikmati indahnya surga.
kawan, dalam sepertiga malam aku berkelana memadu kasih denganNya, bercerita bahwa aku mencintai seorang yang salih, yang kadang aku bertemu dengannya di sebuah surau…
ya, di surau tempat dia mengagungkan namaNya dan mentasbihkan ayat-ayat kenabian.
Namun, sekali lagi, bagaimanakah aku dapat mengkiaskan semua ini …’seorang yang cerdas lagi salih dengan kepribadian yang kuat’
Tatapannya memberikan nafas baru bagiku saat aku letih akan dunia
aku dapat mengenalinya diantara ribuan manusia yang berjubel dalam siang yang begitu terik…..yah, karena mata hatiku yang kan berbicara. Jantung ini sudah berdetak dengan hebatnya ketika dia masih berjalan diantara bahu-bahu kota dan aku sedang termenung di sebuah selasar kampus kita….
dia datang, yah dia datang, kembali lagi ke surau itu. Dan aku hanya tersenyum, kerna hatiku tlah mulai berbicara.

#side 2

Di November 2009 itu…
Bahkan aku tak kan pernah menebak kapan kan jatuh cinta lagi…. Yang pasti sebuket bunga krisan putih di November yang kelabu kan kukenang selamanya. Hatiku tak mampu lagi mengenalinya dalam ribuan orang di sebuah bangunan tua, tempat dia dinobatkan sebagai ‘bachelor degree’… aku tak bisa mengenalinya lagi, sempat aku berkeliling tuk yang kesekian kalinya, mengitari bangunan beratus hektar itu. Namun pandanganku kabur. Mata hatiku tlah mati. Ladang gandum yang indah, seorang ahli ekonom syariah, menapakkan kaki di oxford university, menjelajahi pegunungan semeru &bromo, mimpi-mimpinya itu tlah menghidupkan aku sampai saat ini dan sekarang… samar-samar semuanya tlah kabur, lenyap tertutup kabut dalam puncak semeru di petang ini

Lalu bagaimana aku sekarang!!!

Si sandal jepit celana congkrang penjaga alam surgawi tlah merambah ibukota, mencari makna dibalik cerita. Tak kan lagi kutemui dia diantara bahu-bahu jalan itu, tak kan lagi kukenali jiwanya dalam surau indah tempat dimana dia kan melantunkan ayat-ayat kenabian dan tak kan lagi kutemui dia…
Hingga…
Aku sadar, semua ini hanyalah halusinasi. Dia berjalan dalam takdirnya sendiri, pun aku.

Sebuket bunga krisan itu kini kuletakkan diatas pusara hatiku, pertanda hidup kan terus berlanjut dan aku harus bisa berjalan sendiri diatas takdirku.
Aku menyerah kawan..
Perjalananku berlajut dan kini Aku tengah mencari sekuntum bunga edelweiss.
Kerna dia abadi 

P.S. I love edelweis…..

For him...

Mimpi kita sama…

Lalu mengapa harus saling meniada..

Aq sangat menyukai kepribadiannya, sabar, agamanya baik, cerdas, berjiwa kepemimpinan dan berani menghadapi tantangan hidup.

Selalu ada dalam tiap masa-masa sulitku, mendampingiku agar hatiku tetap kokoh
Dihadapannya aq dapat menjadi diriku sendiri… lepas
Menghilangkan segala keakuanku, luluh dihadapnnya.

Berfikir solutif, fokus dan semangat!!! Itu pesan darinya..
Tapi entah mengapa, aku belum bisa jatuh cinta kepadanya.

It's named L.I.F.E.

Terlalu banyak orang di masa lalu, kadang transit sebentar lalu pergi… mencari kehidupan mereka sendiri

Bagaimana menghubungkan hati ini kepada mereka, sungguh saya tak pandai dalam hal ini.

Hingga mereka pergi 1 per satu tanpa bekas… tak ada catatan tentang mereka hanya foto-foto lusuh yang terpampang di dinding atau album foto.

Sungguh, ini sangat menyakitkan bagiku. Sepi.

Masa lalu. Detik ini kan menjadi masa lalu.

Masa lalu. Tak kan bisa kuhubungkan hati ini pada mereka..kerna mereka telah lepas, terbang bersama kehidupan mereka yang baru, menemukan orang-orang baru lalu…….. perlahan namaku kan terhapus dari daftar memori mereka. Menyakitkan. Namun aku juga melakukan hal yang sama. Melupakan mereka.
Hingga masing-masing menemukan sesuatu yang dinamakan kesunyian. Sepi. Hampa. Dan kenangan masa lalu itu pun bangkit. Perlahan menitikkan air mata. Mencoba membuka kembali buku harian di sudut ruang. Mencoba mengingat tiap melodi yang dulu dibuat… kadang pedih, kadang terluka, atau bahagia yang membuncah.
Membuka halaman kedua, disana ada daftar nama-nama yang dulu seempat kami namakan dengan kata ‘sahabat’ … namun entah dimana mereka saat ini. Dulu kami sempat bermimpi bersama, dalam angan. Kami membangun harapan bersama… dalam gelap kami bergandengan, saling menguatkan satu sama lain. Di pohon tua dekat kantin sekolah kami menorehkan impian dan berjanji, sepuluh tahun yang akan datang kita akan bertemu di sini dalam pertemuan yang membahagiakan. Ku nikmati masa-masa itu dalam kehidupan di jilid ke duaku, kubukukan, kuceritakan dan kubanggakan. Sungguh ku nikmati masa itu. Hingga akhirnya kami terpisah olah waktu dan impian kami. Mimpi itu yang menyatukan dan sekaligus memisahkan kami. Kami tidak hanya terpisah jarak dan waktu, kami terpisah oleh keegoan masing-masing.

Sahabat itu telah pergi dan hanya akan aku tempatkan dalam daftar memoriku yang jika isi otakku sudah penuh, maka aku harus siap untuk mendelete nya.
Namanya ada disana, di diary bagian ke tiga… cukuup jelas, mungkin lengkap dengan foto kami, foto waktu kami berangkat ke bali bersama atau saat menghadiri ulang tahun yang ke 17 dan 18. Namanya menorehkan bagian terpanjang dalam catatan hidupku. Kekasih pertamaku. Di pojok kelas itu, saat pertama kali dirinya menyatakan cintanya padaku. Di pojok sekolah itu, tempatku biasa menunggu dirinya saat kelas usai. Kadang kami membangun mimpi itu bersama, di 5 tahun yang akan datang ataupun di 20 tahun yang akan datang. Perempuan…perempuan…. Aku adalah perempuan yang tak kan menyesal menikmati sepersekian detik hidupku untuknya. Berlalu…waktu pun berlalu…hingga akhirnya kamipun berpisah.

Kekasih itu pun pergi dan kenangannya telah memenuhi sepersekian bagian dalam hidupku. Dan aku kini bersiap untuk men delete nya pula.
Perpisahan…. Perempuan..perempuan… perempuan ini benci mendengar kata-kata itu…kerna begitu dalamnya perpisahan ini tlah mempengaruhi isi hati dan otakku yang memang jauh dari kata rasional dan logis. Perlahan…tema tulisan dan karyaku hanyalah ‘perpisahan dan ditinggalkan’. Sepertinya aku lebih terbiasa dan bahagia ketika mendengar kata-kata itu.
Lirih-lirih kudengar lagu “ bila mungkin ada luka mencoba tersenyumlah bila mungkin tawa mencoba bersabarlah, kerna air mata tak abadi akan hilang dan berganti…..