Wednesday, May 13, 2015

“FEMINIS MEMBUAT WANITA MENJADI BENGIS”

Judul diatas sepertinya menjadi sangat kontroversial ketika kita tak mampu memahami dunia dari sudut pandang agama. Bukannya sok agamis, hanya saja hakekat Allah menurunkan Qur’an di bumi adalah sebagai panduan dalam hidup...


Oke.. well,, tulisan ini dibuat tak lain karena fenomena yang saya temui di sore ini..

Di bawah senja yang mulai muram saya datang ke sebuah ruko, tak laon tak bukan untuk membeli kado.. di sana saya menemui sesosok tua renta mengenakan sendal jepit celana congkrang sambil menenteng anak. Raut wajah si tua tadi begitu keras,, hingga saat saya memilih baju si nenek ini begitu tegas menyuruh saya untuk membeli ini itu karena bahannya yang bagus lah.. harganya yang miringlah..and bla bla bla.. tralala.. “Sape sih lu nyuruh-nyuruh gue segale” (gaya betawi boo, biar dikira anak metro hehe..) usut punya usut.. si tua tadi pemilik ruko yang besarnya segede gambreng, usut punya usut pula si anak kurus kering bermuka masam item dekil adalah cucunya...

Cerita ngalur ngidul, ngetan ngulon, tenggara barat daya,, finally sukses membuat hati saya teriris pedih. Pasalnya, saya gagal paham dengan pemikiran mereka atau mungkin saya terlalu kuno atau memang seharusnya seperti itulah adanya ??? ada banyak tanda tanya di atas kepala saya.. Si anak yang ditenteng si tua tadi ayah ibunya bekerja di sebuah perusahaan BUMN di pusat indonesia (baca: Jakarta Raya) yang jaraknya bermil-mil dari kota kami.


Dengan tegas saya melontarkan pertanyaan sengit dan amit-amit.. Kenapa ibunya tak resign saja mbah,, toh sudah punya usaha dengan aset puluhan milyar?? Kasihan anaknya to ga ada yang ngurusi... dengan sengit pula si tua tadi membalas.. wah mbak, Anak saya lulusan di Universitas terbaik di negeri ini, kuliahnya di dua universitas lagi,, sayang kan kuliah tinggi-tinggi kalo hanya untuk ngurus anak?!! Lagian mbak wanita dan laki-laki kan sama saja harus memiliki hak yang sama?!! (*ini pemikiran feminisme kann... kan..kan..) Mendengar jawaban ini saya langsung koprol sambil berkata WOW (tulisan W O W nya di capslock, ekspresinya dengan mulut dan mata dibuka lebar-lebar )

Sodara-sodara seantero raya, saya sungguh gagal paham dengan pemikirannya!!

Pertama, Saya mengacu pada hadist sahih berikut : “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Pemimpin negara adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin bagi anggota keluarga suaminya serta anak-anaknya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari 893 dan Muslim 1829)


Thennn.. bukankah kita, kaum wanita adalah pemimpin bagi anggota keluarga suami dan anak-anak... lalu jika kita menyerahkan anak kita kepada asisten rumah tangga, emak kita, buyut kita atau pak dhe mbok dhe... Siapkah kita mempertanggungjawabkan diri kita di akhirat nanti? Menyambung jawaban kedua si tua tadi,,Hak yang sama tentunya harus dibarengi dengan kewajiban yang sama. Emang lu mau disuruh nambal genteng bocor di atap, yah kalo rumahnya lantai satu nah orang tajir lantainya ada 123.457. lebih lanjut, untuk suatu instansi tertentu misalnya emang kalian (para wanita) mau dimutasi SAMA dengan laki-laki di tempat terluar, terjauh, terpencil, terdalam??


Pendapat pribadi saya,, kita tidak sama dengan laki-laki. Kita memiliki hak dan kewajiban yang sangaaat berbeda dengan mereka (kaum laki-laki) dengan berjuta alasan yang tersurat baik dalam Al qur’an dan Hadist.


Kedua, karena saya sangat 107% peduli dengan si anak tadi maka berikut sepenggal pandangan saya. Psikologis anak ketika diasuh oleh si nenek tentunya berbeda. Nenek akan cenderung memanjakan cucunya, lebih lanjut pendidikan anak zaman roro jonggrang dengan sekarang 365 derajat berbeda terlebih lagi saya yakin 1000% si anak tidak akan dekat lagi dengan si ibu... dan segambreng alasan lain. ini lebih beruntung jika diasuh oleh si nenek, nah kalo diurus sama yang namanya asisten rumah tangga atau baby sitter atau Nany 911??? Silahkan dicoba,, klo saya sih lebih senang jika si asisten mengurus masalah cuci piring, ngepel dll..


Ketiga, ini masalah cost and benefit.


Percakapan saya dengan si ibu di lingkungan tempat kami tinggal..


Si Ibu : “ yaah saya kerja buat tambah-tambahan suami mba”
Saya : “suaminya kerja di mana bu? “
Si Ibu : “Kalimantan mbak”
Saya : “Pulang berapa bulan sekali bu?”
Si Ibu : “Kadang sebulan sekali atau pas lagi overload dua bulan mba”

Ketika si wanita memikirkan untuk kerja..kerja..kerja.. !! apa ga ada tu pertimbangan input dan output, cost and benefit atau hal-hal keren lainnya??

Hemat saya, untuk kasus si Ibu ini, dengan penghasilan si suami yang Wow harusnyaaa dia bisa punya yang lebih dari sekarang, kalo itu yang dikejar dari hal ekonomi. Namun, kita sadar ga jika bekerja di tempat berbeda kita mengeluarkan living cost dua kali,, bahasa gaolnya punya dua dapur hehe... Jika si istri kerja, emang sih uangnya jadi banyak.. tapi ya sama aja, emang ga dihitung uang transport kalimantan-ke jawa tiap bulan.


Sekali lagi, cost tidak hanya berbentuk fresh money. Menyerahkan anak kita ke asisten rumah tangga adalah cost terbesar. U know why? Karena masa gold period si anak Cuma sekali dalam hidupnya, ga bisa diulang!!.. jika pada masa itu si anak diasuh oleh asisten rumah tangga maka filosofi dan ilmu-nya si asisten rumah tanggal-ah yang akan terserap ke benak si anak.


Jika mau lebih cadas lagi, statement pribadi diatas diamini oleh sebuah teori favorit saya yaitu teori psikoanalisis. Si Freudian ini mengemukakan bahwa tindakan dan tingkah laku orang dewasa dapat dipahami dengan melihat pada perkembangan masa kanak-kanak mereka serta tingkah laku dan motif-motif bawah sadar adalah jalin-menjalin. Biar lebih keren nihhh..teori ini juga saya buktikan melalui penelitian saya terkait dengan fenomena Gayus dan ALOHA.. ternyata benar bahwa apa yang telah dilakukan seseorang di awal kehidupannya atau di masa kecilnya seperti pengalaman bahagia, tidak bahagia dan trauma dapat membentuk karakter seseorang di masa dewasa. So.. kalian mau karena salah asuh di masa kecilnya dapat membuat karakter si anak nantinya ga OKE??!!


Ini cost yang jauuuuh (u-nya lima kali ya..) lebih besar ketimbang fresh money atau mobil mewah yang sekarang nongkrong di balik jendelamu  Then, pernah ga kita mikir jika si suami ini punya kebutuhan biologis yang wajib dipenuhi..kalo 1 bulan sekali pulangnya???? (saya ga mau mbahas terlalu jauh urusan ini, karena ranah pribadi)


Finnalyyy.. saya hanya ingin mengungkapkan bahwa.. duhai wanita, dirimu sungguhlah berharga lagi bermartabat. Berharga dan bermartabatnya wanita bukan karena mereka sukses membangun karir atau kerja di tempat mentereng melainkan sukses dalam menjalankan amanah sebagai seorang Ibu yang melahirkan generasi emas dan menjadi istri yang akan selalu dirindukan oleh sang suami. Jika kita tau mudharatnya besar dan tetap mengambilnya karena alasan wanita ga kerja ga keren lah..haknya samalah ... inilah.. itulah.. ini pertanda kamu punya jiwa bengis bagi anakmu dan suamimu.


Pilihlah pilihan yang paling sedikit mudharatnya

Tuesday, May 5, 2015

Hari ke 897 semenjak aku bertemu dengannya…

Langit masih tampak sama untukku setelah sekian tahun, violet..yah itu warna duniaku semenjak dokter memvonisku sebagai penderita HNP.


Wardana namanya, aku bertemu saat bunga sakura bermekaran, saat ladang gandum impian berubah menjadi taman strawbery dan samar samar terdengar the beatles mendendangkan across the universe dengan anggunnya . Toko bunga langgananku ‘Florist’, tempat kenangan saat dua mata kami saling memandang dan cessssss… ada getaran di sini, getarannya sangat kuat dan bak cerita di telenovela bunga sakura pun tiba-tiba bertaburan di atas kepala kami.

Dia memperkenalkan dirinya sebagai seorang pekerja keras dan cerdas di sebuah perusahaan negara. Sederhana perawakannya dan senyumnya hmmmm… membuatku tuk tak berlama lama berjauhan dengannya.

‘jadilah, maka jadilah’ inilah kami sekarang, berdua bersanding di pelaminan. Bahagia rasanya, ada kehangatan di setiap desah nafasku. Dia menerimaku sebagai pendamping hidupnya. Istrinya sekaligus sepaket dengan segala akibat yang akan kuderita nantinya. Lumpuh 'mungkin'.

Apakah kini violet tlah beranjak dari hidupku…. Nampaknya belum, 2 bulan setelah kami menikah, dokter menyarankanku untuk operasi. Bermil-mil jarak yang kami tempuh tuk mengupayakan kesembuhanku, aku menyerah namun di matanya aku melihat pancaran hangat, dia bilang ‘kamu pasti akan sembuh sayang, yakinlah akan kuasaNya’. Setiap peluh menetes tanpa sadar dia menggenggamku dengan erat dan memelukku..’semuanya akan baik baik saja, sayang, yakinlah’. Kami melalui masa masa sulit berdua, meretas diantara bahu bahu kota, membelah takdir menemukan penawar tubuhku. Dia siap merentangkan bahunya untukku kapan saja, di pangkuannya aku damai dan belaian mesranya membuatku sejenak melupakan sang violet.

Sekian tahun berlalu dan aku tak enggan tuk mempercayai kata penyejuk kekasihku, ‘aku pasti sembuh’. Aku mempercayainya melebihi obat yang selama ini aku cari lewat puluhan dokter yang menanganiku.

Ini tahun ketiga, seperti pagi pagi sebelumnya selalu ada pelukan hangat suamiku, namun kali ini aku merasakan lain pada bagian tulang punggungku. Tak ada nyeri sama sekali di sana.

Dokter menyatakan ‘aku sembuh total’….

Samar samar kulihat mentari muncul di ufuk pagi… namun inilah pagi terindah dalam sejarah perjalanan hidupku, seakan tabir surga perlahan muncul di hadapanku.. ada kedamaian di sana dan samar samar suamiku membisikkan sesuatu di telingaku, sambil mendekapku erat dia berkata ‘ Sekarang kamu percaya kan sayang, kamu pasti akan sembuh jika yakin akan kuasaNya’.

Kini, Sang violet pun lantas pergi tanpa permisi:)

My Mei is very blue, red, black etc..

“Kita baru percaya jika itu takdir terbaik, ketika sudah berusaha berdarah-darah namun tetap saja gagal”...


Tagline yang sangat Hah! Di bulan ini... Oke well,, perasaan saya dikejutkan oleh sederetan pengumuman kegagalan.. mulai dari kegagalan suami untuk lolos beasiswa,, kegagalan saya apply di suatu univesitas xxx then kegagalan saya untuk apply beasiswa tesis (tepatnya ga jadi daftar karena uda telat time dead nya), and so on and so on. Perfect! Right!...


Life must go on..


Saya berusaha memberi semangat for My Wardana yang sudah patah arang.. Futur beberapa hari membuat saya sadar bahwa gagal-nya saya ataupun suami karena kami kurang memantaskan diri.. Yups.. keluarga kecil ini berjuang untuk meraih bintang di tengah riwehnya aktivitas, mulai dari hidup nomaden, beban pekerjaan suami yang makin berat then golden age-nya my baby boy sehingga harus meluangkan waktu lebih untuk menuntaskan perkembangan emasnya and so on and so on...


Dalam hati kecil, saya belum sepenuhnya percaya bahwa ini takdir terbaik kami untuk gagal karena perjuangan kami belum tuntas..


Jikapun setelah berjuang dengan sangat keras dan kami gagal kembali,, seperti layaknya teletubies kami akan berpelukan... Co cweeeeett... enak ya uda nikah


Ps : Abe Wardana, Keep your fighting ya