PART B


……Tanpa Batas….  
Cinta adalah ketika kita mau memperjuangkan dan mempertahankannya  

Taman itu tetap menghijau pun awan yang merona di pagi ini.
Inilah aku di 5 tahunku yang dulu aku sering mengatakan ‘ what will I am gone be in 5 years later’.
Duduk diantara jeruji-jeruji ibukota, mencoba mencari penghidupan sebagai penulis lepas. Aku bebas, aku merasakan kebebasan disini, diantara sastra-sastraku yang mulai membumbung tinggi, di pelataran kota tlah tertulis beberapa judul buku atas karyaku yang berjudul ‘Hilang dan Kan Kutemukan’ atau di beberapa media cetak yang bertabur namaku.
Huff….,,,
Terduduk lemas disini merasakan bahu dan tulang belulangku yang mulai terkulai lemas kerna letihnya perjalanan hidup ini.
AKU!!!! Seorang wanita setengah baya, seorang ibu, seorang penulis sekaligus single parent yang berusaha tegar dihadapan media.
Namun, inilah aku….terkulai lemas memandang awan yang kini tampak sepenggalah.
Dia…Lelakiku meninggalkan aku beberapa tahun silam. Yang tertinggal hanya kepedihan.
Pikiranku kembali melayang di lima tahun silamku.
Seorang wanita muda berbakat, lulusan dengan predikat cumlaude dari universitas ternama. Orang tuaku bangga bukan kepalang. Senggang beberapa bulan aku terdaftar sebagai analis account di sebuah perusahaan multinasional. Ayahku senang bukan kepalang!!!
Seorang partner berbakat mendampingiku, lelaki muda, cerdas dengan kemampuan analitis yang tinggi dan perlakuan yang santun, sebut saja namanya Dika Cukuplah membuat jantungku berdetak lebih cepat dari semula.
aku mencintainya, aku mencintai Dika dan ingin menjadi partner dalam hidupnya, menjalani hari bersamanya sampai nanti, sampai ajal memisahkan kita seperti dikisahkan dalam adegan ending dari film titanic. Hmmmmh…  sungguh menyentuh.

9 september 2011
Disinilah aku, menjadi seorang pengantin. Menjadi seorang mempelai wanita. Menjadi seorang wanita yang akan siap menjadi ibu. Pengantin yang pedih, mempelai wanita yang tak pernah mengharapkan pernikahan ini terjadi dan tak akan pernah mau untuk menjadi ibu dari anak-anaknya.
3 bulan pernikahan kami, aku mencoba beradaptasi dengan semua gaya hidupnya, keluarganya. Semua tenagaku tlah kukerahkan untuk ini. Tapi inilah aku, seseorang yang hanya percaya pada love at the first sight…no for second or third. Orang tuaku senang bukan kepalang, apalagi ibuku!!! Senang karena anaknya telah mendapat lamaran mobil camry, senang karena derajat di keluarga kami pasti akan naik karena perkawinan dengan seorang keturunan darah biru.

Ini adalah 1,5 tahun pernikahan kami dan aku lupa bagaimana kejadiannya sampai…
Sekarang aku mengandung seorang bayi perempuan darinya.
Candra, yah ayahnya adalah Candra!!! Seorang suami pilihan ibuku. Seorang menantu pilihan ayahku.
Mengapa dulu aku tidak menolaknya?! Atau lari dari rumah saat lamaran itu terjadi?! Atau..arghhh..sekelumit pikiran yang terpatri dalam otakku. Namun inilah yang disebut takdir dan masa lalu. Sesuatu yang paling jauh dan dengan upaya apapun tak dapat mencapai kesana, seperti yang dituliskan oleh Sang gozali.

Aku dimadu saat perkawinan ke 3 kami. Ada sedikit sakit disini. Di dasar hatiku. Meskipun aku tidak mencintainya di awal pernikahan kami, namun inilah wanita, benih-benih cinta tetap akan muncul karena ‘trisno jalaran soko kulino’. Setegar apapun, aku tidak dapat membagi hatiku untuk wanita lain.
Aku memutuskan untuk bercerai darinya. Orang tuaku???.... mereka bingung bukan kepalang dan menyesal atas ini.
Kini aku melanglang buana ke ibukota, bersama buah hatiku. Mencoba mencari makna dibalik cerita. Kembali melanjutkan hidup dan mencari seorang Dika Aku selalu percaya dan yakin dengan intuisiku, di batas waktu nanti ku kan temukan Dika sebagai partner dalam hidupku, sebagai ayah dari anak-anakku yang baru. Bagai seorang Kugi dalam novel Dee yang mencari cinta seorang Keenan… aku kan berjuang untuk  Dika dalam dunia yang tak terbatas, karena hatiku tlah memilihnya.

Novelku yang baru kan segera terbit ‘Hilang dan Kan Kutemukan’. Novel yang berisi kehidupan cinta seorang single parents, sebuah sastra dari hati yang kan mengatakan pada dunia bahwa ku kan tetap mencari dan menunggunya. Dibelahan bumi manapun Dika berada aku yakin satu saat dia kan menemukanku.
AKU!!!! Seorang wanita setengah baya, seorang ibu, seorang penulis sekaligus single parent yang berusaha tegar dihadapan media menyatakan cinta melalui sastra.



Sebuket krisan putih
Cinta adalah ketika kita dapat bertahan dan tegar dalam tempaan

2 januari 1980
2 januari 1980 aku bertemu dengannya, di sebuah stasiun tua kota Hanoi. saat itu umurku tepat 19 tahun. 3 bulan kami saling bertukar surat dari jarak beribu-ribu mil. Ini memang sulit dipercaya, bahwa kita sebenarnya tak saling mengenal. Dia adalah sahabat kakak sulungku di medan perang Jepang-Vietnam. Kami dikenalkan olehnya.

Pagi ini begitu cerah, udara di Hanoi begitu hangat. Sang fajar bertasbih sejak subuh tadi, menyambut kedatangan laskar tentara  Hanoi….aku merindukan kakakku dan dia. Dia berjanji padaku akan membawakan setangkai bunga krisan putih. 5 menit lagi kereta tua itu akan datang. Semua orang menyambut dengan mengharu biru…
akhirnya kereta itu datang. Tak sia-sia penantianku dari subuh tadi.
15 menit berlalu, lascar tentara keluar 1 per satu mulai dari gerbong pertama hingga terakhir…bahagianya hari ini, kerna seorang ibu tua renta bertemu anak laki-laki satu-satunya, seorang ibu hamil tua menemui suaminya, sang kekasih menemui pujangga hatinya setelah bertahun-tahun lamanya…dan aku….30 menit berlalu dan tak kunjung kutemukan yang kucari…aku menyusuri dari gerbong ke gerbong, berharap menemui pria bermata sipit dengan perawakan tegap, hidungnya mancung, dialah kakakku. Kakak yang akan selalu menggandengku ketika kita berangkat ke sekolah, berkelahi dengan orang yang menggangguku dan mengerjakan tugas-tugasku ketika lelah setelah berjualan di pasar.
Sekarang tak kutemui seberkas wajah itu….aku putus asa, kucoba telusuri lagi gerbong-gerbong itu, berharap kutemukan dia karena sedang tertidur. 1 jam berlalu, kerumunan orang di stasiun tua ini, perlahan menyusut. Aku bertanya pada setiap orang dengan menyodorkan foto kakakku berharap salah satu dari tentara itu ada yang mengetahui keberadaanya. Entah mengapa kepala ini rasanya berat, langkahku gontai…ketika aku tak menemukan tanda keberadaannya. Mungkin kakakku dan sahabatnya gugur di medan perang itu.

Hufffffffff,,,getir rasanya…aku terduduk lemas di bangku tua itu, peluh  mataku menetes .
Seseorang merangkulku dari belakang, melingkarkan jemarinya di leherku…reflex, aku tersontak kaget lalu tangan ini hendak menamparnya namun…..aku jatuh pingsan.

Beberapa menit kemudian aku tersadar, kerna kucium harum bunga krisan itu…kakakku..yah dia datang…aku memeluknya erat, menciumi wajahnya yang halus…dia datang dengan bunga krisan dan sahabatnya. Hari ini adalah momen penting dalam hidupku yang kan kusimpan dalam tiap hela jiwaku.

Aku bertemu dengan dia. Singkat cerita, aku menikah dengannya beberapa bulan setelah bertemu dengannya. Aku mencintainya seperti wanita lain yang mencintai pasangannya, aku tertarik dengannya karena hal-hal sederhana seperti wanita lain yang jantungnya berdegup kencang ketika bertemu dengan kekasihnya…

Kami tidak seperti pasangan muda lainnya, yang bisa berbulan madu setelah menikah, melihat sang suami setiap pagi. Beberapa minggu setelah kami menikah, dia meninggalkanku karena negara membutuhkannya di medan perang. Bagaimanapun juga, ini adalah resiko menjadi seorang istri tentara. Pagi itu, aku kembali mengantarkan kakakku dan suamiku ke stasiun tua itu. Aku menyayangi mereka dan aku merindukan mereka untuk kembali lagi 1 tahun berikutnya.

Tiap bulan aku menerima surat berwarna biru dari suamiku, terkadang dia mengirimkan sepuket bunga krisan putih…tak luput di penghujung penanya dia selalu menuliskan 1 bait puisi ‘aku mencintaimu seperti ………………………………………..’ salam untuk jagoanku. Saat ini aku sedang mengandung anak pertama kami. Berat rasanya menjalani semua ini sendirian…seorang ibu sekaligus seorang istri yang kesepian.

Hari ini adalah masa kehamilanku di usia yang ketujuh. Kembali aku datang ke stasiun tua itu. Suamiku datang hari ini dan tidak akan kembali lagi ke medan perang, kerna perang Vietnam-jepang telah berakhir.. tentara di negara kami menang. Aku bangga dengan suami dan kakakku, mereka adalah pahlawan sejati untukku.
5 menit lagi kereta tua itu akan datang. Semua orang menyambut dengan mengharu biru…
akhirnya kereta itu datang. Tak sia-sia penantianku dari subuh tadi.
15 menit berlalu, laskar tentara keluar 1 per satu mulai dari gerbong pertama hingga terakhir…bahagianya hari ini, kerna seorang ibu tua renta bertemu anak laki-laki satu-satunya, seorang ibu hamil tua menemui suaminya, sang kekasih menemui pujangga hatinya setelah bertahun-tahun lamanya…dan aku….30 menit berlalu dan tak kunjung kutemukan yang kucari…aku menyusuri dari gerbong ke gerbong, berharap menemui pria bermata sipit, badannya tinggi, kulitnya bersih, namun hidungnya tak semancung kakakku..dialah suamiku, seseorang yang selalu kusebut dalam tiap doaku.
Sekarang tak kutemui seberkas wajah itu….aku putus asa, kucoba telusuri lagi gerbong-gerbong itu, berharap kutemukan dia karena sedang tertidur. 1 jam berlalu, kerumunan orang di stasiun tua ini, perlahan menyusut. Aku bertanya pada setiap orang dengan menyodorkan foto kakakku dan suamiku berharap salah satu dari tentara itu ada yang mengetahui keberadaan mereka. Entah mengapa kepala ini rasanya berat, langkahku gontai…ketika aku tak menemukan tanda keberadaannya. (mengapa kejadian ini persis seperti 2 tahun yang lalu) apakah aku terserang scicovrenia ataukah de javo………pikiranku kacau, perutku yang besar ini membuat jalanku tak segesit dulu. Aku merasa sering sesak dibuatnya..hufff
Hufffffffff,,,getir rasanya…aku terduduk lemas di bangku tua itu, peluhku  mataku menetes .

Seseorang menyapaku dari belakang…sesosok lelaki paruh baya, dengan raut wajah kusam. Dia memberiku setangkai bunga krisan putih…………..BUKAN!!!!!!!!!!!! DIA BUKAN SUAMIKU!!! Sambil berkata ‘ Frans dan kakakmu gugur di medan perang, jiwanya tak tertolong ketika pasukan jepang memporak-porandakan medan kami, ini titipan terakhir dari suamimu’

Berat rasanya, namun aku harus kembali tegar..demi jagoanku dan bunga krisan putih wasiat terakhir jiwa suamiku …
Dalam hatiku  berkata ‘…inilah saatnya bagiku untuk berperang dan berjuang dengan hidupku sendiri’
Entah dari mana kekuatan itu,,,aku merasa suamiku akan selalu menggandengku ketika aku memegang bunga krisan putih itu….

Satu sajak

Terperangkarap dalam jerat…
Sesak aku bersama derak yang mengarak…
Bagaikan arak dia menghanyutkan..

Butuh pengakuan dalam dera
Kerna hati tak pernah jera ketika cinta datang menyapa

Ketika alunan nada mengais dalam tangis
Hati pun teriris, kerna cerita tanpa makna tlah tercipta dengan tanpa daya
Akankah mengalah ataukah menyerah…
Yang pasti bukan keduanya..
Hanya, hirup saja kepedihan itu kerna satu saat kau pasti akan menghembuskannya
Harus bertahan!!!
Kerna Hidup  tak lebih singkat dari helaan nafas di pagi hari.
 





Krisan VS Edelweis
sebuah Catatan hati di puncak bromo

#Side 1
Ini adalah tahun ke dua setelah aku bertemu dengannya…
Perasaan itu masih tetap sama, pun senyum tulusnya. Namanya berada di sini, di sebuah tempat yang sangat jauh. Di dalam hatiku.
Bagaimanakah aku dapat mengkiaskan semua ini ketika waktu dan takdir belum berpihak padaku
Aku tak lelah tuk mengatakan bahwa aku ingin menjadi ibu dari anak-anaknya dan merengkuh kasihnya dalam dua dunia, bersama-sama menikmati indahnya surga.
kawan, dalam sepertiga malam aku berkelana memadu kasih denganNya, bercerita bahwa aku mencintai seorang yang salih, yang kadang aku bertemu dengannya di sebuah surau…
ya, di surau tempat dia mengagungkan namaNya dan mentasbihkan ayat-ayat kenabian.
Namun, sekali lagi, bagaimanakah aku dapat mengkiaskan semua ini …’seorang yang cerdas lagi salih dengan kepribadian yang kuat’
Tatapannya memberikan nafas baru bagiku saat aku letih akan dunia
aku dapat mengenalinya diantara ribuan manusia yang berjubel dalam siang yang begitu terik…..yah, karena mata hatiku yang kan berbicara. Jantung ini sudah berdetak dengan hebatnya ketika dia masih berjalan diantara bahu-bahu kota dan aku sedang termenung di sebuah selasar kampus kita….
dia datang, yah dia datang, kembali lagi ke surau itu. Dan aku hanya tersenyum, kerna hatiku tlah mulai berbicara.
#side 2
Di November 2009 itu…
Bahkan aku tak kan pernah menebak kapan kan jatuh cinta lagi…. Yang pasti  sebuket bunga krisan putih di November yang kelabu kan kukenang selamanya. Hatiku tak mampu lagi mengenalinya dalam ribuan orang di sebuah bangunan tua, tempat dia dinobatkan sebagai ‘bachelor degree’… aku tak bisa mengenalinya lagi, sempat aku berkeliling tuk yang kesekian kalinya, mengitari bangunan beratus hektar itu. Namun pandanganku kabur. Mata hatiku tlah mati. Ladang gandum yang indah, seorang ahli ekonom syariah, menapakkan kaki di oxford university, menjelajahi pegunungan semeru &bromo, mimpi-mimpinya itu tlah menghidupkan aku sampai saat ini dan sekarang… samar-samar semuanya tlah kabur, lenyap tertutup kabut dalam puncak semeru di petang ini
Lalu bagaimana aku sekarang!!!
Si sandal jepit celana congkrang penjaga alam surgawi tlah merambah ibukota. Tak kan lagi kutemui dia diantara bahu-bahu jalan itu, tak kan lagi kukenali jiwanya dalam surau indah tempat dimana dia kan melantunkan ayat-ayat kenabian dan tak kan lagi kutemui dia…
Hingga…
Aku sadar, semua ini hanyalah halusinasi. Dia berjalan dalam takdirnya sendiri, pun aku.
Sebuket bunga krisan itu kini kuletakkan diatas pusara hatiku, pertanda hidup kan terus berlanjut dan aku harus bisa berjalan sendiri diatas takdirku.
Perjalananku berlajut dan kini Aku tengah mencari sekuntum bunga edelweiss.
Kerna dia abadi ^_^


P.S.  I love edelweis…..



JANE
Kita hidup tuk saling menguatkan jane, yakinlah selalu ada cinta untuk esok

Jane, adalah seorang penderita kanker rahim stadium 3, rumahnya bersebelahan dengan rumahku, dia adalah tetangga sekaligus sahabatku lebih dari 15 tahun… Wajahnya cantik, matanya sayu, sedikit tomboi dan jalannya sangat cepat semenjak dokter memfonisnya sebagai penderita kanker otak dan dia melakukan sesuatu lebih cepat dari biasanya…
Tiap sabtu aku bersama keluarganya mengantarkan jane ke tempat terapi. Selalu ceria dan optimis. Selama perjalanan, kita harus siap mendengarkan impian-impiannnya tentang pergi ke eropa, menjadi seorang penulis dan menikah dengan mike, yang umurnya 6 tahun lebih tua dari dia…Aku pikir dia terlalu mengada-ada tentang semua itu. Imelda (kakaknya jane) tersenyum kecut saat jane bercerita tentang mike.
Imelda            : “ Kamu pikir mike akan menyukaimu, dia suka gadis yang lembut, berambut panjang dan dewasa”celetuk Imelda, yang sebenarnya dia juga suka pada mike.
Jane     : “ kakak bergurau,, kemarin dia baru saja sms aku, mengajaku dinner nanti malam”
Imelda            : what???????!!!!!! Benarkah…bagaimana bisa dia mendapat no.mu??(Imelda sedikit geram)
Jane     : “heheheheheh…….”
Imelda            : janeeee,,, jawab pertanyaan kakak
Jane     : I geeeeeeeeeeeeeet UUUUUUUUUUU..hahahahahJ april mop!!!wah ternyata kakak suka mike jugaaa..
Imelda            : ahhhhh, dasar anak kecil!!!  mana mungkin aku suka laki-laki seperti dia…(sambil tersipu)
Beberapa menit kemudian, kami sampai di tempat terapi…fuhhhh, untunglah sampai di tempat terapi, karena sejak 1 jam lalu aku hanya melihat tom &jery di dalam mobil yang memperebutkan piala yang dinamakan mike.
Terapi pun di lakukan jane masuk ke dalam ruangan dan kami menunggunya di luar…”tunggu aku yaaa” teriak jane. Kemudian ayah jane akan selalu menimpali, “ tidak, kami  akan meninggalkanmu sendirian, tapi ayah akan sms mike untuk menjemputmu……I get UUUU my daughterJ” teriak jane, “Ayaahhhhhh, kamu membuatku grogi!!!!” kami semua tertawa melihatnya, kecuali Imelda yang tersenyum kecut.
Beberapa bulan kemudian, kondisi jane semakin melemah. Dia jarang masuk sekolah dan aku yang mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Jane yang dulu seorang gadis lincah dan ceria, kini terbaring tak berdaya. Dalam sela-sela waktunya, dia sempatkan untuk menulis artikel dan beberapa diantaranya berhasi dimuat di Koran. Dia adalah inspirasi untuk semua orang. Blognya selalu banyak dikunjungi oleh-teman teman sejawat dari seluruh dunia, memberikan semangat untuknya dan hampir tiap minggu jane menerima surat atau bingkisan dari teman-teman di negeri seberang ( Eropa, australi ataupun jepang). Jane tak pernah berhenti beraktivitas.
Aku dan jane seperti mempunyai ikatan batin, mungkin karena persahabatan kami yang cukup lama. Entah mengapa minggu kedua di bulan desember tahun 1997, aku merasa harus melepaskan jane. Di minggu-minggu terakhirnya, jane masih sibuk menulis. Menulis artikel tentang pentingnya mencegah kanker rahim dan dampak mengkonsumsi junkfood untuk tubuh kita.
Minggu ke4 di bulan desember, jane menghadiahkan aku sebuah kalung berbandul bintang dan menuturkan sebuah kalimat untukku, ‘teruslah bermimpi, karena mimpi itu akan menggiringmu ke alam nyata’.
Saat malam tahun baru, hawa di rumah jane sangatlah dingin, banyak keluarga dan teman-teman mengunjunginya saat itu. Jane berpesan pada kami, “tolong bangunkan aku saat tahun baru nanti, tepat pukul 12 malam, aku ingin melihat kembang api.”
Tepat pukul 12 kita semua membangunkan jane.
Aku    : “jane, banguuun ini adalah malam tahun baru” (aku membisikkan di telinganya, sambil kupegangi tangannya)
Ayah jane      : “my sweety, aku mohon bangunlah”
Beberapa saat kemudian jane bangun dan meminta ibunya untuk membawanya keluar. Jane ingin melihat bintang dan kembang api.
 Tanggal 1 januari tahun 1998, tepat saat malam tahu baru, jane meninggalkan kami. Sesaat setelah keluar dan melihat kembang api, dia tertidur di pangkuan ibunya. Jane tertidur untuk selamanya.
Beberapa minggu setelah kepergiannya, surat dan bingkisan masih terus berdatangan. Sekarang, akulah yang akan meneruskan mimpi-mimpinya….untuk pergi ke eropa, menikah dengan mike dan menjadi penulis handal. Ada cinta untuk jane. Selalu ada cinta untuk jane…






Engkau dan Impian Adalah 2 Hal yang Berbeda

Cinta adalah ketika kita dapat bermimpi bersama dan menjalaninya 



Yogyakarta, 23 Januari 2009





            Siang itu bukan hari yang istimewa, bahkan aku sempat mengumpat karena ga bisa pergi ke seminar  karena cuaca yang teramat panas….


Malaaaaaaaaaaaaaaaaaas……..!!!


 itu alasan yang sangat essential serta tak luput dari beribu-ribu alasan lain yang memang membuatku mengurungkan niatku untuk pergi ke sana. Jam antik dan kuno di sudut ruang tamuku berdentang keras, …aku segera terbangun dari mimpi indahku, beranjak  ke dunia nyata untuk segera melakukan kewajibanku sebagai seorang muslimah. Salam terakhir dengan memalingkan wajah ke kiri sebagai pertanda ibadahku telah selesai. Sayup-sayup kudengar…..(kucoba mengingatnya…)


yach!!! Suara deru motor berhenti di depan pagar gerbangku. Bel panjang berbunyi..segera kurapikan mukena lalu berjalan keluar menyusuri ruang demi ruang di rumahku yang memang kupikir terlalu luas sampailah pada kebun kecil yang indah yang ditengahnya terdapat ‘path’( semacam jalan setapak yang dikanan kirinya terdapat berbagai tanaman hias) pelan… ……………..


kubuka pintu gerbangku. Seorang petugas pos setengah baya dengan wajah yang memerah karena teriknya matahari namun tetap rupawan menyapaku dengan ramah nan sayu, “Assalamualaikum, apa benar ini rumah mbak Nandya Prameswari?” jawabku dengan nada serupa juga, “ Walaikumsalam…benar , ini saya sendiri.” kemudian dia melanjutkan satu kalimat singkat yang tetap terkenang sampai sekarang. ” Ada surat untuk anda yang dikirim dari Kedutaan Australia.”(segera dia menyodorkan surat bersampul coklat, serta memintaku untuk segera tanda tangan)” Terima kasih ya pak,” timpalku. ”Sama-sama” balasnya sambil menghidupkan mesin motornya, pelan mulai menyusuri jalan berhawa lembap  lalu  samara-samar tak terlihat oleh pandanganku ketika dia sampai di ujung jalan. Jauh di dasar hatiku, petugas pos tadi memang seorang yang tampan…namun segera kuhelakkan perasaan itu jauh-jauh. Rasa penasaranku membuat detak jantungku yang semula teratur berubah menjadi cepat ditambah beribu pertanyaan menggumpal di bawah alam sadarku (????????????????. ….)








Segera kulari ke ruang tengah, menuju sofa empuk lalu duduk di sana dan perlahan kubuka surat bersampul coklat itu…krekk..(pelan kubuka surat itu dengan hati-hati, karena lemnya begitu pekat) kubuka lembaran pertama dan…. .Oughhhh!!!Yachhhh!!!!alhamdulilah….tak terasa dua bulir air mataku menetes, tetesan syukur atas kuasa Tuhan yang begitu agung, sujud syukur kupersembahkan kepada kekasih sejatiku yang cintanya tak akan pernah mati dan akan tetap hidup di ruh dan jiwaku selamanya…. Aku diterima beasiswa di ‘Monash University in Aussie’ fakultas ekonomi dan bisnis. Monash adalah sebuah universitas internasional di Aussie yang mempunyai 9 kampus yang berada di area yang berbeda-beda. Diantaranya adalah, Malaysia, Afrika selatan, pusat dari kota london , UK, prato, italy dan lainnya berada di Aussie sendiri. Terdapat 5 kampus di Fakultas bisnis dan ekonomi yang berada di Victoria  diantaranya adalah Berwick, Caulfield, clayton, peninsula, gippsland. Tak lupa Fakultas tersebut merupakan fakultas terbesar di aussie dengan siswa lebih dari 15.500 orang dan lebih dari 600 staf, cukuplah penjelasan singkatku karena takut akan membuat diriku sombong. Sekali lagi kubaca surat berbahasa latin itu agar aku tak keliru, hingga yang kelima kalinya aku mulai sadar bahwa ini bukan sekedar fatamorgana atau sebuah mimpi yang sangat tabu…Namun sayang luapan kebahagiaanku tak bisa kubagi dengan keluargaku saat detik itu, karena mereka pergi ke Magelang. Di surat itu dituliskan ‘ first registration will be held on February 7th 2009’ yang berarti setengah bulan lagi aku akan terbang bersama mimpi-mimpiku, hasil kerja kerasku selama ini membuahkan hasil..Segera kulayangkan berita bahagia ini, kuambil ponselku di kamar lalu kumulai pembicaraan dengan ayahku…20 menit berlalu. Mukaku berubah menjadi masam dan seakan mereka tak mau menghargai kerja kerasku, impianku selama ini…karena mereka melarangku!! Hari berganti dan detik berlalu dengan alunan yang sangat lambat  kucoba menaklukkan hati Ibu, Ayah, Kakak satu persatu. Aku memang orang yang sangat keras jika menyangkut prinsip dan impianku.


And alhasil….PERFECT!!!!  mereka mengizinkanku…..





            Yogyakarta, 29 Januari


            Suara azan subuh berkumandang segera kuambil air wudlu namun, telfonku  berdering, hati bergetar ketika hendak mengangkatnya ini pertanda kurang baik yach….telfon dari tunanganku dan aku biasa memanggilnya ‘masku’. Dia seorang dosen muda  di sebuah universitas di Bali, smart, hangat dan religius itu yang membuatku kerasan bersamanya selama bertahun-tahun. Percakapan singkat pemulai perjuangan kisah cintaku baru akan dimulai


            Aku    : “ Assalamualaikum, da pa mas tumben subuh2 nelfon?


            Galang : “ Walaikumsalam, Beasiswa itu jadi kamu ambil?


            Aku    : “ Jadi mas, kamu kan tahu sendiri Australi adalah resolusi hidup                                         tertinggi sejak aku SMA dulu…apa kamu akan menghalangi langkahku                               seperti keluargaku dulu??Iya???!!!


 Emosiku memuncak seketika itu, aku sendiri bingung kenapa tiba-tiba sarafku menegang dan aliran darahku seperti mendidih.


            Galang           : “Nandya!!!”


dia menyentakku keras, sampai telingaku sakit dan aku mencoba untuk mengatur emosiku sestabil mungkin lalu aku melanjutkan percakapan ini dan pertanda genderang perang telah berbunyi


            Galang           : “ Bukan seperti itu!!! Aku tahu itu adalah mimpimu, tapi aku harus menunggumu sampai berapa lama 5, 10 atau 50 tahun lagi?? Atau mungkin kamu akan meninggalkan semuanya begitu saja dan mengejar semua mimipi-mimpi gilamu itu yang tiap hari kau dongengkan kepadaku??? Cukup!!! Aku sudah bosan dengan semua ini!!Aku ga mau jadi pendengar setiamu lagi, sekarang semua terserah kamu….pilih aku atau impianmu???


            Aku    : “ Tapi mas kamu harus nger….


Tut…tut…tut…pertanda percakapan telah usai, percakapan yang tak bertepi, sebuah dilemma yang tak akan ada ujungnya  seperti layaknya hidup yang tak akan pernah ada kesimpulannya.








            Bali, 1 februari 2009


            Keputusanku untuk segera menyudahi dilemma ini membuatku ingin segera terbang ke Bali. Pukul 9 pagi aku berangkat dari bandara dan 10.30 aku sampai di kota kecil didekat pantai kuta…tempat masku tinggal. Aku mulai mengorek tas kecilku untuk mengambil kunci duplikat kamarnya setelah beberapa menit yachhh…kutemukan!! segera kubuka pintu kamarnya. Hawa sejuk dan damai selalu ada di sini… kutaruh tasku di dekat komputernya, lalu segera aku mengambil air dingin di almari es. Udara di kuta saat ini sangat panas, seperti hatiku yang sebentar lagi mendidih. Satu tegukan air dingin itu cukup membuat emosiku surut. Sebentar aku merebahkan badan dan beberapa jam kemudian aku terbangun. Jarum jam menunjukkan pukul13.30, tiga jam lagi masku datang dan aku ingin membuat surprise untuknya. Aku mulai memasak makanan kesukaanya, sup jagung muda yang kebetulan bahan-bahannya sudah ada di almari es dan pisang goreng….Beberapa lama kemudian, aku seperti mengenal bau parfum ini yach bau parfum yang khas yang selalu mengingatkan aku akan keberadaannya di tempat terspesial, dihatiku….Prak…prak…prak..suara sepatu kulitnya makin mendekat…mendekat dan “ough…kau mengagetiku saja!!” teriakku sembari menebarkan senyum. Tiba-tiba dia menatapku dengan pandangan yang garang, pandangan yang tak pernah kulihat semenjak 3 tahun kami bersama, dia pun tak sempat membalas senyumanku,segera ia ganti baju di kamar lalu mendekat di sampingku. “Kapan datang?? Mengapa ga ngasih kabar sebelumnya? Aku kan bisa menjemputmu di bandara…”, ucapnya pelan, seperti ingin memberi satu perhatian semu bagiku. “Aku hanya ingin memberi surprise kecil untukmu dan sekarang aku dah masak makanan kesukaanmu…Sup jagung muda dan pisang goreng”, balasku kepadanya. Surya tenggelam dan suara azanpun sayup2 terdengar, segera kuambil air wudhu lalu sholat berjamaah bersama. Kutata hidangan dan beberapa kudapan kecil  ditambah 2 buah lilin dan satu bunga cantik khas bali di tengahnya, perfect!!!! Makan malam bersama seperti biasanya, tapi di balik percakapan kami aku tak menemukan sedikitpun pandangan kasihnya kepadaku dan seakan pengorbananku hanya seperti abu... Pukul 07.30 malam waktu yang tepat untuk menunjukkan niatku datang ke pulau dewata ini, aku memulai pembicaraan dengan pelan dan emosi terjaga agar ia mampu memahami keinginanku.





            Aku    : “Mas, hum…hm…hmmm…aku telah memutuskan suatu hal. Aku ingin tetap pergi ke Australi, tapi aku juga telah berkomitmen dalam diriku  sendiri setelahnya aku mau bertunangan denganmu seperti permintaanmu setengah tahun lalu. Aku pikir ini keputusan terbaik, bukankah dulu kau berjanji akan selalu mendukung aku dalam kondisi apapun??” huh…leganya setelah semua kalimat itu terlontar, nafas panjang kuhempaskan untuk menanti jawabannya.


            Galang           : “Ohhhh, mengejar mimpi??…gadis yang sangat keras kepala!! keputusan                        terbaik dilihat dari sisi keegoisanmu kah?? Keadilan di dunia ini memang terkadang semu hingga kesemuan itu telah menutup pintu hatimu, bahkan mungkin menguncinya”


Ketika penantianku usai dan mendengar jawabannya yang seperti seorang diktator yang  sebentar lagi ingin mengekskusiku, hanya satu hal yang kuinginkan malam ini…menendangnya jauh2 hingga ia melesat sampai ke seantero dunia bahkan kalau tenagaku masih cukup… sampai ke langit ketujuh agar malaikat penjaga malam mengikatnya!!


            Aku    : “Mas, aku sudah lelah dengan perdebatan yang tak berujung ini, semua terserah kamu, apapun keputusanmu aku menerimanya dengan  ikhlas…Namun satu hal yang harus kaucatat dalam benakmu, aku tetap  ingin pergi ke  Australi!!”


            Galang           : “ Makin teguh kau untuk pergi ke Sana, makin kukuh pula keputusanku untuk berpisah denganmu, maaf sebenarnya ini juga bukan inginku namun keadaanlah yang terkadang membuat pikiran kita semakin sempit, kalaupun kita berjodoh toh aku akan akan kembali di sisimu, maaf….”


Satu sayap dalam hatiku patah, hati ini seperti tergores parang yang sangat tajam…pengorbananku selama ini kandas ditengah keegoisan..Kemudian dia beranjak dari kursinya dan keluar entah kemana, aku tak sempat memperhatikannya.





Kuambil ponselku lalu kupesan satu kursi untuk penerbangan Bali-Yogyakarta pukul 07.00 pagi, aku tak ingin berlama-lama di sini. Segera kukemasi barang-barangku.


Samar-samar kulihat pura megah di besakih, bangunan perlambang keindahan nan kemegahan dengan angkuhnya kokoh berdiri di atas getirnya gelombang pasang di bulan Februari. Aku terbang bersama mimpi-mimpiku, mimpi yang ku bangun sekian puluh tahun. 


     


Sidney, 6 mei 2009, aku berada di sini,  kota impianku.








Aku Dengan Segala Keakuanku





            Bukan binatang jalang yang terbuang ataupun makhluk sang pemuja cinta, yang ketika ruang rindu mulai terhampar ku mulai merengek tuk bertemu dengannya……..


Bukan ,,,,,,,,,itu bukan aku!!!





Aku dengan segala keakuanku adalah…


Seutuhnya makhluk Sang kholiq,,,makhluk kecil yang penuh khilaf dan tak ada keagungan sekecil abupun dalam jiwa ataupun ragaku


 Dan makhluk yang ketika letih akan episode-episode kehidupan ini, pembaringan panjang akan menjadi singgasana terakhir bagiku, ..





Dalam sajak perenungan panjangku, ku lantunkan seuntai kata “Tak perlu menangisi hidup, belajar saja menari dengan gerakan gemulaimu pada irama-irama yang telah tercipta!!!hirup saja kepedihan itu karena satu saat kau akan menghembuskannya.        

 

No comments:

Post a Comment