Monday, May 23, 2011

Krisan VS Edelweis

#Side 1

Ini adalah tahun ke dua setelah aku bertemu dengannya…
Perasaan itu masih tetap sama, pun senyum tulusnya. Namanya berada di sini, di sebuah tempat yang sangat jauh. Di dalam hatiku.
Bagaimanakah aku dapat mengkiaskan semua ini ketika waktu dan takdir belum berpihak padaku

Aku tak lelah tuk mengatakan bahwa aku ingin menjadi ibu dari anak-anaknya dan merengkuh kasihnya dalam dua dunia, bersama-sama menikmati indahnya surga.
kawan, dalam sepertiga malam aku berkelana memadu kasih denganNya, bercerita bahwa aku mencintai seorang yang salih, yang kadang aku bertemu dengannya di sebuah surau…
ya, di surau tempat dia mengagungkan namaNya dan mentasbihkan ayat-ayat kenabian.
Namun, sekali lagi, bagaimanakah aku dapat mengkiaskan semua ini …’seorang yang cerdas lagi salih dengan kepribadian yang kuat’
Tatapannya memberikan nafas baru bagiku saat aku letih akan dunia
aku dapat mengenalinya diantara ribuan manusia yang berjubel dalam siang yang begitu terik…..yah, karena mata hatiku yang kan berbicara. Jantung ini sudah berdetak dengan hebatnya ketika dia masih berjalan diantara bahu-bahu kota dan aku sedang termenung di sebuah selasar kampus kita….
dia datang, yah dia datang, kembali lagi ke surau itu. Dan aku hanya tersenyum, kerna hatiku tlah mulai berbicara.

#side 2

Di November 2009 itu…
Bahkan aku tak kan pernah menebak kapan kan jatuh cinta lagi…. Yang pasti sebuket bunga krisan putih di November yang kelabu kan kukenang selamanya. Hatiku tak mampu lagi mengenalinya dalam ribuan orang di sebuah bangunan tua, tempat dia dinobatkan sebagai ‘bachelor degree’… aku tak bisa mengenalinya lagi, sempat aku berkeliling tuk yang kesekian kalinya, mengitari bangunan beratus hektar itu. Namun pandanganku kabur. Mata hatiku tlah mati. Ladang gandum yang indah, seorang ahli ekonom syariah, menapakkan kaki di oxford university, menjelajahi pegunungan semeru &bromo, mimpi-mimpinya itu tlah menghidupkan aku sampai saat ini dan sekarang… samar-samar semuanya tlah kabur, lenyap tertutup kabut dalam puncak semeru di petang ini

Lalu bagaimana aku sekarang!!!

Si sandal jepit celana congkrang penjaga alam surgawi tlah merambah ibukota, mencari makna dibalik cerita. Tak kan lagi kutemui dia diantara bahu-bahu jalan itu, tak kan lagi kukenali jiwanya dalam surau indah tempat dimana dia kan melantunkan ayat-ayat kenabian dan tak kan lagi kutemui dia…
Hingga…
Aku sadar, semua ini hanyalah halusinasi. Dia berjalan dalam takdirnya sendiri, pun aku.

Sebuket bunga krisan itu kini kuletakkan diatas pusara hatiku, pertanda hidup kan terus berlanjut dan aku harus bisa berjalan sendiri diatas takdirku.
Aku menyerah kawan..
Perjalananku berlajut dan kini Aku tengah mencari sekuntum bunga edelweiss.
Kerna dia abadi 

P.S. I love edelweis…..

No comments:

Post a Comment