Thursday, April 9, 2009

Dalam Temaram Langit di Selat Bali


Terbujur kaku di sebuah ruangan pojok UGD dan aku terpaku di sini….untuk terakhir kali kulihat wajah indahnya yang telah menemaniku selama lebih dari 10 tahun. Aku mencium dagu, pipi dan dahinya, masih tercium aroma wangi parfumnya. Saat terakhir bersamanya, di sebuah pekuburan indah di pulau dewata tempat kelahiranku…. …selamat jalan suamiku, selamat jalan jantung hatik. The saddest words is ‘goodbye’ .
Dalam temaram langit selat Bali
Pura bali itu saksi dimana aku menemui jantung hatiku………
Di balik pura itu jantungku terpikat oleh untaian keindahan cinta yang agung
Wajahnya bersinar bagai malaikat ketika satu waktu kutemui dirinya…….
Adakah dia….
Adalah dia…..
Hembusan angin di selat bali saat senja itu, mampu buatku tersadar akan kasih Sang Kholik yang tanpa batas…
Aku sadar Dia telah menemukan aku di satu senja itu…
Aku dan sandaran hatiku….
Aku dan belahan jiwaku…….
Di satu sore di balik temaramnya selat Bali, aku menemukannya dalam sebuah jalinan kasih
Bersamanya ku kan arungi bahtera keluarga
Bersamanya ku kan menuju ke surgamu
Tuhan terima kasih atas anugerahmu.




Bali, 9 januari 1998


Diatas adalah 1 sajak sederhana yang kubuat 9 tahun lalu.
Suamiku seorang pilot di sebuah perusahaan penerbangan swasta. Kami bertemu saat perjalanan ke bali, 9 tahun yang lalu. Terlalu dalam untuk diceritakan, karena kenangan itu hanya akan mengusik luka yang bekasnya masih ada…….jauh di lubuk hatiku. Sesegera mungkin kami mencoba tuk menjalin kasih lewat bahtera keluarga . saat itu umurku masih sekitar 21 tahun. Seorang wanita yang belum cukup matang, tapi nyatanya aku mampu menemaninya hingga saat –saat terakhir, melayaninya, memasak sup kesukaannya dan mengasuh anak-anak kami dengan cinta.
minggu, 20 januari 2007……..rembulan malam tampak temaram, entah kenapa hari itu perasaanku lain.huff…insomnia selama beberapa hari. Aku mengalami ketakutan yang tidak biasa. mungkin inilah yang dinamakan dengan ikatan batin. Sesaat kupandangi 4 buah hatiku yang berada di kamar sebelah. Sesaat kemudian aku kembali ke kamar lalu kucium dahi suamiku.. sungguhpun, Tuhan telah memberikanku cinta yang berlimpah…5 buah cinta bersandar padaku, kami berjalan bersama dalam satu keharmonisan, kadang kami berbeda namun bukankah nada yang selalu ‘do’ tidak akan indah untuk didengar…hari-hariku bersama mereka adalah diary berjalanku, masa depanku. Kerna aku yakin ini adlah pencapaian terakhirku.
Kini…..1 buah cintaku telah pergi, kerna sebuah kecelakaan pesawat di kepulauan Borneo selasa malam lalu.
Aku putus asa, bagaimana mungkin menghadapi semua ini sendirian….
Hingga pada satu ketika, aku melewati sebuah tempat penjualan buku bekas. Entah mengapa aku tetarik masuk ke dalam, lalu aku menemukan sebuah tulisan di sebuah majalah yang akan mengubah hidupku selamanya ‘ the winner always finds blessing way even in bad situation’.
Sepulang dari sana aku sadar Tuhan telah menitipkan 4 cinta untukku dan aku tak boleh lengah untuk menjaganya. aku dan keempat anakku. Meskipun aku hanya seorang ibu rumah tangga tak berpenghasilan, namun aku yakin masih bisa…bisa menulis, bekerja di sebuah perusahaan swasta, katering atau apalah…ada 1001 jalan bagiku untuk menghidupi keluargaku. aku dan 4 buah hatiku akan memulai sebuah perjuangan kehidupan. Dan aku yakin, aku tak sendiri di sini. Karena semua orang ingin menjadi seorang pemenang dan bukanlah pecundang, seperti apa yang tersurat di satu buku bekas itu.

No comments:

Post a Comment