Thursday, April 9, 2009

Laut biru-Langit biru


Ini adalah blog kedua, setelah blog yang pertama ‘milasinspiration’ lupa password he..he..he:p
Nama Laut biru-langit biru ini terinspirasi oleh sebuah buku kumpulan puisi yang ada di perpustakaan masa sma dulu, masa biru putih, masa pencarian jati diri serta masa dimana ‘pertama kali seseorang menyatakan cinta’ ahaha :D…
Kumpulan puisi itu begitu mengharu biru, saat otak ini berada di titik kulminasi aku kembali membaca buku-buku sastra itu, kepala kembali dingin dan intuisi kembali peka. Untuk yang pertama kalinya aku benar-benar jatuh hati pada gubahan-gubahan sastra karangan penyair-penyair besar.
Beginilah adanya,, sampai nama ini muncul dalam blog ku yang baru.

Blog ini akan berisi karangan-karangan fiksi yang mungkin sudah termaktub dalam benakku untuk waktu yang begitu lama, tidak sempat dipublikasikan kerna sebuah penerbit menolak, kerna tak ada waktu untuk mengedit…kerna…kerna… (arghhhh, aq ini terlalu banyak alasan he..he…)…mimiiiiil ‘u can if u think u canJ

Inilah hasil imajinasiku untuk yang kesekian kalinya, saat senja menjelang, saat matahari mulai luluh dengan bintang dan saat adzan berkumandang.


Bunga Krisan Putih


2 januari 1980



2 januari 1980 aku bertemu dengannya, di sebuah stasiun tua kota Hanoi. saat itu umurku tepat 19 tahun. 3 bulan kami saling bertukar surat dari jarak beribu-ribu mil. Ini memang sulit dipercaya, bahwa kita sebenarnya tak saling mengenal. Dia adalah sahabat kakak sulungku di medan perang Jepang-Vietnam. Kami dikenalkan olehnya.


Pagi ini begitu cerah, udara di Hanoi begitu hangat. Sang fajar bertasbih sejak subuh tadi, menyambut kedatangan laskar tentara Hanoi….aku merindukan kakakku dan dia. Dia berjanji padaku akan membawakan setangkai bunga krisan putih. 5 menit lagi kereta tua itu akan datang. Semua orang menyambut dengan mengharu biru…
akhirnya kereta itu datang. Tak sia-sia penantianku dari subuh tadi.
15 menit berlalu, lascar tentara keluar 1 per satu mulai dari gerbong pertama hingga terakhir…bahagianya hari ini, kerna seorang ibu tua renta bertemu anak laki-laki satu-satunya, seorang ibu hamil tua menemui suaminya, sang kekasih menemui pujangga hatinya setelah bertahun-tahun lamanya…dan aku….30 menit berlalu dan tak kunjung kutemukan yang kucari…aku menyusuri dari gerbong ke gerbong, berharap menemui pria bermata sipit dengan perawakan tegap, hidungnya mancung, dialah kakakku. Kakak yang akan selalu menggandengku ketika kita berangkat ke sekolah, berkelahi dengan orang yang menggangguku dan mengerjakan PR ku ketika aku lelah setelah berjualan di pasar.
Sekarang tak kutemui seberkas wajah itu….aku putus asa, kucoba telusuri lagi gerbong-gerbong itu, berharap kutemukan dia karena sedang tertidur. 1 jam berlalu, kerumunan orang di stasiun tua ini, perlahan menyusut. Aku bertanya pada setiap orang dengan menyodorkan foto kakakku berharap salah satu dari tentara itu ada yang mengetahui keberadaanya. Entah mengapa kepala ini rasanya berat, langkahku gontai…ketika aku tak menemukan tanda keberadaannya. Mungkin kakakku dan sahabatnya gugur di medan perang itu.


Hufffffffff,,,getir rasanya…aku terduduk lemas di bangku tua itu, peluh mataku menetes .
Seseorang merangkulku dari belakang, melingkarkan jemarinya di leherku…reflex, aku tersontak kaget lalu tangan ini hendak menamparnya namun…..aku jatuh pingsan.


Beberapa menit kemudian aku tersadar, kerna kucium harum bunga krisan itu…kakakku..yah dia datang…aku memeluknya erat, menciumi wajahnya yang halus…dia datang dengan bunga krisan dan sahabatnya. Hari ini adalah momen penting dalam hidupku yang akan kusimpan jauh dalam tiap hela jiwaku.


Aku bertemu dengan dia. Singkat cerita, aku menikah dengannya beberapa bulan setelah bertemu dengannya. Aku mencintainya seperti wanita lain yang mencintai pasangannya, aku tertarik dengannya karena hal-hal sederhana seperti wanita lain yang jantungnya berdegup kencang ketika bertemu dengan kekasihnya…


Kami tidak seperti pasangan muda lainnya, yang bisa berbulan madu setelah menikah, melihat sang suami setiap pagi. Beberapa minggu setelah kami menikah, dia meninggalkanku karena Negara membutuhkannya di medan perang. Bagaimanapun juga, ini adalah resikoku menjadi seorang istri tentara. Pagi itu, aku kembali mengantarkan kakakku dan suamiku ke stasiun tua itu. Aku menyayangi mereka dan aku merindukan mereka untuk kembali lagi 1 tahun berikutnya.


Tiap bulan aku menerima surat berwarna biru dari suamiku, terkadang dia mengirimkan setangkai bunga krisan berwarna putih…tak luput di penghujung penanya dia selalu menuliskan 1 bait puisi ‘aku mencintaimu seperti ………………………………………..’ salam untuk jagoanku. Saat ini aku sedang mengandung anak pertama kami. Berat rasanya menjalani semua ini sendirian…seorang ibu sekaligus seorang istri yang kesepian.


Hari ini adalah masa kehamilanku di usia yang ketujuh. Kembali aku datang ke stasiun tua itu. Suamiku datang hari ini dan tidak akan kembali lagi ke medan perang, kerna perang Vietnam-jepang telah berakhir.. tentara di Negara kami menang. Aku bangga dengan suami dan kakakku, mereka adalah pahlawan sejati untukku.
5 menit lagi kereta tua itu akan datang. Semua orang menyambut dengan mengharu biru…
akhirnya kereta itu datang. Tak sia-sia penantianku dari subuh tadi.
15 menit berlalu, laskar tentara keluar 1 per satu mulai dari gerbong pertama hingga terakhir…bahagianya hari ini, kerna seorang ibu tua renta bertemu anak laki-laki satu-satunya, seorang ibu hamil tua menemui suaminya, sang kekasih menemui pujangga hatinya setelah bertahun-tahun lamanya…dan aku….30 menit berlalu dan tak kunjung kutemukan yang kucari…aku menyusuri dari gerbong ke gerbong, berharap menemui pria bermata sipit, badannya tinggi, kulitnya bersih, namun hidungnya tak semancung kakakku..dialah suamiku, seseorang yang selalu kusebut dalam tiap doaku.
Sekarang tak kutemui seberkas wajah itu….aku putus asa, kucoba telusuri lagi gerbong-gerbong itu, berharap kutemukan dia karena sedang tertidur. 1 jam berlalu, kerumunan orang di stasiun tua ini, perlahan menyusut. Aku bertanya pada setiap orang dengan menyodorkan foto kakakku dan suamiku berharap salah satu dari tentara itu ada yang mengetahui keberadaan mereka. Entah mengapa kepala ini rasanya berat, langkahku gontai…ketika aku tak menemukan tanda keberadaannya. (mengapa kejadian ini persis seperti 2 tahun yang lalu) apakah aku terserang scicovrenia ataukah de javo………pikiranku kacau, perutku yang besar ini membuat jalanku tak segesit dulu. Aku merasa sering sesak dibuatnya..hufff
Hufffffffff,,,getir rasanya…aku terduduk lemas di bangku tua itu, peluhku mataku menetes .


Seseorang menyapaku dari belakang…sesosok lelaki paruh baya, dengan raut wajah kusam. Dia memberiku setangkai bunga krisan putih…………..BUKAN!!!!!!!!!!!! DIA BUKAN SUAMIKU!!! Sambil berkata ‘ Frans dan kakakmu gugur di medan perang, jiwanya tak tertolong ketika pasukan jepang memporak-porandakan medan kami,ini titipan terakhir dari suamimu’


Berat rasanya, namun aku harus kembali tegar..demi jagoanku dan bunga krisan putih wasiat terakhir jiwa suamiku …
Dalam hatiku berkata ‘…inilah saatnya bagiku untuk berperang dan berjuang dengan hidupku sendiri’
Entah dari mana kekuatan itu,,,aku merasa suamiku akan selalu menggandengku ketika aku memegang bunga krisan putih itu….


Kerna kita kan bermimpi bersama disini


Meniti lembayung masa dengan semangat yang tak tergolakkan
Berkahi aku ya Robbi…………
Menuntun hidupku, menuntun intuisiku dalam sebuah jalan yang kan terjal
Kerna aku tak kan pernah menyerah dengan takdirmu

Selalu yakin
kan ada pelangi setelah hujan dan badai
kan ada hidup setelah mati
Dan
Kan ada sebuah hasil setelah perjuangan…

Duhai dunia…mengapa yang gratis hanyalah mimpi, mengapa yang gratis hanyalah angan
Perjuangan itulah kata ‘dunia’ pengorbanan itulah kata ‘ayahku’ dan cinta adalah ungakapan ‘ibuku’
3 kata itu buatku bangkit dalam ketiadaan.



Titik balik kehidupan 1 (with happy ending :) )



Titik balik kehidupanku dimulai pada sebuah musim semi, pertengahan tahun 2008…
Saat dunia menjadi sempit, saat nyawa tak lagi berarti, waktuku kan segera terhenti dan ….
Ban bocor saat maghrip menjelang, ku terdampar di sebuah musola kecil…mushola yang hampir rapuh kerna kerasnya zaman. Ayat-ayat Tuhan berkumandang, suaranya lantang menggetarkan jiwa-jiwa yang telah lama kelam. Bertemulah aku dengan malaikat kecil, cahaya azah-ra mulai tampak dari wajahnya yang lembut dan bersinar….
Aku belajar memahami hakekat penciptaan manusia darinya.
Titik balik kehidupanku dimulai, saat seseorang memvonisku sebagai penderita kanker…
Saat itulah aku tersadar buku fikih sunah wanita yang tergeletak di serambi kamarku lebih berarti dari buku ‘chick’ yang sering aku pamerkan…
Tuhan tidak hanya menamparku, namun membuatku mati suri sesaat…….
Aku tak mampu melanjutkan lagi cerita ini…kerna yang aku tau, hidup hanyalah mampir minum teh
Kerna yang aku tau, daun kering yang terjatuh sudah tertulis di lauhul mahfudz…
Pun umur, kematian, jodoh serta rezeki.
2 be continued….
Thanks to ukhti marga J


Kerna guratan penaNya terlalu indah


Akankah malam menjawab semua Tanya dalam bait-bait tiap sastra peneduh makna…
Kelamnya adalah bintang
Keterpakuannya adalah jalan..
Dan ketiadaanya hanyalah lambang pembangkit jiwa..
Meski sastra ini tidak berbunyi kerna suaranya terlalu lantun, namun dengan bahasa aku dapat bercerita…
Pelan…penatku memenuhi hasratku dan aku tak mampu menyibak semua makna dengan dayaku…
Terlalu kaku, terlalu mengaku keakuanku…
Akankah….
Jalan ini berbeda dari guratan penaNya…
Mampukah…
Aku terbang ke negeri impianku, menatap mimpi, meraih mimpi bersama tulang-tulang rusukku
Yakinkah…
Kerna aku yakin kan ada hari esok dengan sinar benderang dan bukan temaram….
Kerna guratan penaNya terlalu indah tuk dipahami.


No comments:

Post a Comment