Wednesday, August 24, 2011

TETAPLAH LAPAR. TETAPLAH BODOH.

(‘Dalam kubik leadership’)



Berikut adalah sambutan steve jobs, CEO Apple Computer dan Pixar Animation Studios, dalam sebuah upacara wiuda tanggal 12 Juni 2005.

Saya diberi kehormatan untuk bersama kalian di hari pertama di salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah lulus kuliah. Bahkan sesungguhnya inilah saat terdekat saya terlibat dalam upacara wisuda. Hari ini saya ingin berbagi tiga cerita dalam kehidupan saya.

Cerita pertama adalah mengenai menghubungkan titik-titik. Saya putus kuliah dari Read College setelah enam bulan pertama, namun saya tetap berada di kampus selama 18 bulan berikutnya sebelum saya benar-benar berhenti. Saat itu saya memutuskan untuk mengambil kelas kaligrafi. Saya belajar tipe tulisan serif dan sanserif, tentang meragamkan jarak antara kombinasi huruf yang berbeda, tentang apa yang membuat para tipografis menjadi hebat. Tidak ada satu pun dari yang saya pelajari itu sepertinya akan bermanfaat dalam kehidupan saya.

Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami merancang computer machintosh pertama, semuanya saya ingat kembali. Hasilnya Mac menjadi computer pertama dengan tipografi yang indah. Andai saya tidak pernah putus kuliah dan kemudian ikut kelas topografi, Mac tidak akan punya beragam tulisan atau huruf yang berjarak secara proporsional. Dan karena Windows hanya meniru Mac, sepertinya tidak ada PC yang akan memiliki tipografi indah.

Tentu saja, tidak mungkin menghubungkan titik-titik itu ke masa depan saat saya masih di kampus. Tapi terlihat sangat sangat jelas jika ditinjau sepuluh tahun kemudian. Jadi kita harus percaya bahwa titi-titik itu suatu saat akan terhubung di masa mendatang. Kita harus percaya pada sesuatu-insting, takdir, kehidupan…….apalah. Pendekatan ini tidak pernah mengecewakan saya, bahkan telah membuat semua perubahan dalam kehidupan saya.

Cerita kehidupan saya adalah mengenai cinta dan kehilangan. Saya merasa beruntung karena saya menemukan apa yang sangat ingin saya lakukan dalam hidup sejak usia yang sangat muda. Woz dan saya memulai Apple di garasi orang tua saya saat saya berumur 20 tahun. Kami bekerja dengan keras, dan dalam 10 tahun Apple telah berkembang dari hanya kami berdua di garasi menjadi sebuah perusahaan senilai 2 miliar dolar dengan lebih dari 4000 pegawai. Kami baru saja meluncurkan karya terbaik kami- Macintosh- setahun yang lalu, dan saya baru saja berusia 30. Kemudian saya dipecat.

Apa yang telah menjadi focus kehidupan saya telah hilang dan itu sangat menyakitkan. Saya benar-benar tidak yahu apa yang harus saya lakukan selama beberapa bulan. Tapi secara perlahan ada sesuatu yang mulai terpikirkan. Saya telah ditolak, namun saya masih mencintai apa yang saya kerjakan. Jadi, saya memutuskan untuk memulai lagi. Saya tidak sadar saat itu, tapi ternyata dipecat dari Apple merupakan hal terbaik yang pernah terjadi dalam diri saya. Beban berat menjadi sukses digantikan dengan perasaan enteng menjadi orang baru lagi. Hal ini membebaskan saya untuk memasuki periode paling kreatif dalam kehidupan saya.

Selama lima tahun berikutnya, saya memulai sebuah perusahaan bernama NeXT dan sebuah perusahaan lain bernama Pixar, yang kini menjadi studio animasi paling sukses di dunia.. Dalam salah satu peristiwa yang luar biasa, Apple membeli NeXT, saya kembali ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung kehidupan Apple.

Dipecat dari Apple memang sebuah pil pahit buat saya, namun saya piker memang ini diperlukan. Terkadang kehidupan memukul kita dengan sangat keras. Jangan hilang kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus bertahan adalah saya mencintai apa yang saya lakukan. Kalian harus menemukan apa yang kalian cintai, dan satu-satunya cara untuk menghasilkan sesuatu yang luar biasa adalah mencintai apa yang kalian lakuikan.

Cerita saya yang ketiga adalah mengenai kematian. Mengingat bahwa saya akan mati suatu saat nanti adalah hal yang paling penting yang saya temukan untuk menolong saya membuat keputusan-keputusan penting dalam hidup. Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Para dokter memberitahu saya bahwa hamper dipastikan ini jenis kanker yang tidak dapat disembuhkan, dan harapan hidup saya hanya enam bulan lagi. Tapi kemudian saya menjalani operasi dan baik-baik saja hingga sat ini. Itu adalah saat terdekat saya menghadapi kematian, dan saya berharap hanya itulah hingga beberapa dekade mendatang.

Karena sudah melalui tahapan ini, saya bisa lebih yakin mengatakan bahwa kematian adalah sebuah konsep yang berguna dan murni intelektual. Kematian adalah agen perubahan kehidupan. Ia memberikan jalan untuk yang baru dengan menyingkirkan yang lama. Kali ini yang baru adalah kalian, namun suatu hari tidak lama dari sekarang, kalian akan menjadi tua dan tersingkirkan. Waktu kalian terbatas, jadi jangan menghabiskan hidup dengan hidup dalam kehidupan orang lain. Jangan diperangkap oleh dogma. Jangan biarkan opini orang lain mengaburkan suara hati kalian. Dan yang terpenting, milikilah keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisimu.

Ketika saya masih muda, ada terbitan luar biasa yang bernama catalog seluh dunia, seperti Google dalam bentuk buku 35 tahun sebelum Google muncul. Buku itu dilengkapi dengan alat bantu yang keren dan catatan yang bagus. Pada halam belakang edisi terakhir mereka, ada sebuah foto mengenai jalan perkampungan waktu dini hari, jalan yang mungkin akan kalian ikuti jika suka berpetualang. Di bawahnya ada kata-kata ‘Tetaplah lapar. Tetaplah bodoh’. Itu adalah pesan perpisahan mereka sebelum mereka pergi. Dan saya selalu berharap hal itu untuk diri saya sendiri. Dan sekarang, kalian para lulusan baru, saya mengharapkan itu untuk kalian,

Tetaplah Lapar. Tetaplah Bodoh.

Orang Lapar adalah orang yang paling mampu mensyukuri arti sesuap nasi. Orang lapar tahan banting. Orang lapar akan berusaha dengan segenap kemampuannya meraih kehidupan yang lebih baik.

Orang bodoh tidak punya prasangka. Orang bodoh terbuka terhadap hal-hal baru. Orang yang senantiasa merasa dirinya bodoh tidak akan pernah berhenti untuk belajar.

Tetaplah Bodoh. Tetaplah Lapar.

No comments:

Post a Comment